Rabu, 26 Juni 2013
MAKALAH KEPEMIMPINAN
KEPEMIMPINAN
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas
Mata Kuliah Pengantar Manajemen
Dosen Pengajar: Abdul Hafid Burhami, S.E.,M.M.
Oleh:
Agus salim
Andi Chaidir Abu Bakar
PROGRAM STUDI MAJEMEN KEUNGAN
SEKOLAH TINGI ILMU NANAJEMEN YAPIM MAROS
2013/2014
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................
BAB I PENDAHULUAN.....................................................
A. Latar Belakang Masalah.......................................
B. Rumusan Masalah.................................................
C. Tujuan Penulisan Makalah....................................
D. Manfaat Penulisan Makalah..................................
BAB II PEMBAHASAN...................................................
A. Landasan Teori.......................................................
B. Pembahasan.........................................................
BAB III PENUTUP..........................................................
A. Kesimpulan........................................................
B. Saran.................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah swt yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan pengerjaan makalah yang berjudul ” KEPEMIMPINAN ”. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas ilmu manajemen.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Kami sebagai penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan informasi dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Maros, 8 jumaidil akhir 1434 H
20 Maret 2013 M
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Di abad 21 ini tak dapat lagi di nafikan bahwa kepemimpinan atau pemimpin yang benar-benar berkualitas sangan dibutuhkan di dalam dunia kerja khususnya pada konteks oraganisasi dan ini sesui dengan hakikat penciptaan manusia dalam perspektif Islam yang di mana manusia di ciptakan ke bumi sebagai Khalifa ( pemimpin) di muka bumi. Yang menjadi pertanyaan besar kemudian apakah semua manusia dapat menjadi pemimpin yang baik atau dalam bahasa ilmiahnya apakah yang menjadikan pemimpin efektif? jelas hanya sebagian kecil. Nah inilah kemudian yang menjadi acuan yang akan kita bahas bersama, di dalam materi kepemimpinan.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari sebuah brainstorming tetang latar belekang masalah tersebut di atas maka dapat dirumuskan;
1. Apakah pengertian kepemimpin?
2. Bagaimanakah pendekatan-pendekatan kepemimpinan?
3. Bagaimanakah pendekatan sifat-sifat kepemimpinan?
4. Bagaimanakah pendekatan perilaku kepemimpinan?
5. Apakah dan bagaimana teori X dan Y dari Mc.Gregor?
6. Apa yang dimaksud dengan pendekatan situasional?
1
C. TUJUAN PENULISAN MAKALAH
Sehubungan dengan rumusan masalah di atas maka, makalah ini disusun dengan tujuan;
1. Mengetahui pengertian kepemimpinan.
2. Memehami pendekatan-pendekatan kepemimpinan.
3. mengetahui sifat-sifat kepemimpinan.
4. Memehami perilaku kepemimpinan.
5. Mengetahui teori X dan Y Mc. Gregor.
6. Memehami pendekatan situasional.
D. MANFAAT PENULISAN MAKALAH
Manfaat dari penulisan makalah ini sangat jelas sebagai bahan refesensi yang akan di jadikan sebuah acuan untuk mengetaui secara mendalam tentang kepemimpinan. Dan masih banyak lagi manfaat yang akan kita dapat setalah kita membahas materi ini.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. LANDASAN TEORI
1. PENGERTIAN KEPEMIMPINAN
Berbicara tentang kepempinan (leadership) kita tidak dapat begitu saja mengambil sebuah asumsi bahwa defenisi kepemimpinan itu seperti ini. Perlu kita ketahui bahwa seperti halnya manajemen ada banyak defenisi tentang kepemimpinan. Menurut Stoner, kepemimpinan manajerial dapat didefenisikan sebagai suatu proses pengarahan dan pemberian pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari sekelopok anggota yang saling berhubungan tugasnya. Nah, dari defenisi tersebut terdapat tiga implikasi yang penting;
Pertama, kepemimpinan menyangkut orang lain, bawahan atau pengikut. kesedian mereka untuk menerima pengarahan dari pemimpin, para anggota kelompok membantu menetukan status kedudukan pemimpin dan membuat proses kepemimpinan dapat berjalan.
Kedua, kepemimpinan menyangkut suatu pembagian kekuasan yang tidak seimbang antara pemimpin dan anggota kelompok. para pemimpin mempunyai wewenang untuk mengarahkan berbagai kegiatan para anggota kelompok, tetapi para anggota kelompok tidak dapat mengarahkan kegiatan-kegiatan pemimpin secara langsung meskipun dapat juga melalui sejumlah cara secara tidak langsung.
ketiga, selain dapat memberikan arahan kepada bawahan, pemimpin dapat juga menggunakan pengaruh. Dengan kata lain pemimpin, para pemimpin tidak hanya dapat memerintahan bawahan apa yang harus dilakukan tetapi juga dapat mempengaruhi bagaimana bawahan melaksanakan perintahnya.
3
B. PEMBAHASAN
1. PENDEKATAN-PENDEKATAN KEPEMIMPINAN
Peneliatian dan teori dapat diklsifikasikan sebagi pendekatan-pendekatan kesifatan, perilaku dan situsional dalam studi tentang kepemimpinan.
pendekatan pertama memendang kepemimpinan sebagai suatu kombinasi sifat-sifat yang tampak. pendekatan kedua bermaksud mendefenisikan perilaku-perilaku pribadi yang berhubungan dengan kepemimpinan efektif. kedua pendekatan ini mempunyai anggapan bahwa seorang individu yang memiliki sifat-sifat tertentu atau memperagakan perilaku-perilaku trtentu akan muncul sebagi pemimpin dalam situasi kelompok apapun dimanapun berada.
Pendekatan yang ketiga, yaitu pandangan situasional tentang kepemimpinan. pandangan ini mengangap bahwa kondisi yang menentukan efektifitas kepemimpinan bervariasi dengan situasi – tugas-tugas yang dilakukan, ketermapilan, pengarahan bawahan, lingkungan oraganisasi, pengalaman masa lalu pemimpin dan bawahan dan sebagainya.
2. PENDEKATAN SIFAT-SIFAT KEPEMIMPINAN
• PENELITIAN AWAL TENTANG SIFAT-SIFAT KEPEMIMPINAN
Usaha sistematik pertama yang dilakukan oleh para psikolog dan para peneliti lainya untuk memahami kepemimpinan adalah mengidentifikasikan sifat-sifat pemimpin. Sebagian besar penelitian awal tentang kepemimpinan ini bermaksud untuk 1) membandingkan sifat-sifat orang yang menjadi pemimpin dengan sifat-sifat yang menjadi pengikut dan 2) mengidentifikasikan sifat-sifat yang dimiliki pemimpin efektif.
4
• PENEMUAN LANJUTAN
seorang peneliti, Edwin Ghiselli, dalam penelitian ilmiahnya telah menunjukan sifat-sifat tertentu yang tampaknya penting untuk pemimpin efektif. sifat-sifat tersebut adalah;
1. Kemampuan dalam kededukanya sebagai pengawas atau peleksanaan fungsi-fungsi dasar manajemen.
2. Kebutuhan akan prestasi dalam pekerjaan.
3. Kecerdasan.
4. Ketegasan
5. percaya diri.
6. inisiatif.
Sedangakan Keith Davis mengmukan empat ciri utama yang mempunyai pengaruh terhadapkesuksean kepemimpinan: 1. kecerdasan, 2. Kedewasan, 3. Motivasi diri dan 4. sika hubungan manusiawi
3. PENEDEKATAN PERILAKU KEPEMIMPINAN
Pendekatan-kesifatan dalam sebuah realita tidak dapat menjelaskan apa yang menyebapkan kepemimpinana efektif. Nah yang menjadi pertanyan-nya kemudian, lantas apakah yang akan dilakukan sehingga kepemimpinan itu bisa efektif? jawabannya adalah seorang pemimpin harus memusatkan perhatianya pada dua aspek perilaku kepemimpinan, yaitu fungsi-fungsi dan gaya-gaya kepemimpinan. Kemudian timbul lagi sebuah pertanyaan bagaimanakah fungsi-fungsi dan gaya-gaya kepemimpinan tersebut? jawabanya akan kita bahas sebagai berikut ini:
5
• Fungsi-fungsi kepemimpinan
Berbicara tentang funfsi-fungsi kepemimpinan berrati kita akan membahas tentang orientasi atau identifikasi pemimpin. Aspek pertama penedekatan perilaku kepemimpinan menekankan pada fungsi-fungsi yang dilakukan pemimpin dalam kelompoknya. Agar kelompok berjalan dengan efektif, seseorang harus melaksanakn dua fungsi utama : (1) fungsi-fungsi yang
berhubungan dengan tugas atau pemecahan masalah, dan (2) fungsi-fungsi pemeliharaan kelompok atau sosial.
• Gaya-gaya kepemimpinan
Pandangan kedua yang akan kita bahas tentang perilaku kepemimpinan adalah gaya-gaya pempimpin. Dalam hal ini bercicara tentang gaya-gaya pemimpin lebih ditekankan pada hubungan emosional antara pemimpin dan bawahan. Para peneliti teleh mengidentifikasikan dua gaya kepemimpinan : gaya dengan orintasi tugas dan gaya dengan orientasi karyawan.
4. TEORI “X” DAN “Y” DARI Mc. GREGOR
Strategi kepemimpinan efektif yang menggunakan manajemen partisipatif dikemukakan ileh Douglas Mc.gregor dalam buku klasiknya, The Human Side of Enterprise. Konsepnya yang paling terkenal adalah bahwa strtegi kepeimpinan di pengaruhi anggapan-anggapan seoerang pemimpin tentang sifat dasar manusia. Sebagai hasil pengalamanya menjadi konsultan McGregor menyimpulakan dua kumpulan anggapan yang saling berlawanan yang dibuat para manajer dalam industri.
Angapan-angapan teori “X”
1. Rata-rata pembawaan manusia malas atau tidak menyukai pekerjaan dan akan menghindarinya bila mungkin.
2. karena karakteristik manuasia tersebut, orang harus dipaksa. diawasi, diarahkan atau di ancam dengan hukuman agar menjalankan tugas untuk mencapai tujuan organisasi.
6
3. Rata-rata manusia lebih menykai diarahkan , ingina menghindari tanggung jawab, mempunyai mabisi relatif kecil, dan menginginkan keamanan/jaminan hidup di atas seaglanya.
Anggapan-anggapan teori “Y”
1. Penggunaan usaha phisik dan mental dalam bekerja adalah kodarat manusia, seperti bermain dan ostirahat.
2. pengawasan dan ancaman hukuman eksternal bukanlah satu-satunya cara untuk mangarahkan usaha pencapaian tujuan oarganisasi. Orang akan melekukan pengendalian diri dan penegrahan dari untuk mencapai tujuan yang telah di setujuinya.
3. keterikatan pada tujuan merupak fungsi dari penghargaan yang berhubungan dengan perestasi mereka.
4. rata-rata manusia, dalam kondisi yang layak, belejar tidak hanya untuk menerima tetepi mencari tanggung jawab.
5. Ada kapasitas untuk melekun imajinasi. kecrdikan dan kreatifitas dalam penyelesain masalah-masalah oraganisasi yang secara luas tersebar pada seluruh karyawan.
6. Potensi intelektual rata-rata manusia hanya digunakan sebagian saja dalam kondisi kehidupan indusrti modern.
5. PENDEKATAN SITUASIONAL
Pendekatan situasional adalah bahwa gaya yang digunakan adalah bergantung pada faktor-faktor sperti situasi, karyawan, tugas, organisasi dan variabel-variabel lingkungan lainnya. Terori situasional yang ettrkenel dan akan di bahas adalah 1) ranglkain kesatuan kepemimpinan dari Tannebaum dan Schmidt, 2) teori “contingency” dari Fiedler, dan 3) terori siklus-kehidupan dari Hersey dan Blanchard.
7
1. Rangkaian Kesatuan Kepemimpinan Tannebaum dan schmidt
Robert Tannebeum dan Warren H. Schimidt adalah antara para teoritis yang menguraikan beberapa faktor yang memepengaruhi gaya kepemimpinan oleh manajer. Meraka mengemukan bahwa manajer harus mempertimbangkan tiga kumpulan “kekuatan” sebelum melekukan gaya kepemimpinan yaitu:
kekuatan-kekutan dalam diri manajer yang mencakup 1) sistem nilai 2) kepercayaan kapada bawahan 3) kecenderungan kepemimpinan sendiri dan 4) perasaan aman dan tidak aman.
kekeutan-kekuatan dalam diri bawahan meliputi 1) kebutuhan mereka akan kebebasan, 2) kebutahan merekan akan tanggu jawab, 3) apakah mereka tertarikdalam mepunyai keahlian untuk penenganan masalah, dan 4) harapan mereka mengenai keterlibatan dalam pembuatan keputusan.
kekeutan-kekuatan dari situasi, mencakup 1) tipe oraganisasi, 2) efektifitas kelompok, 3) desakan waktu, dan 4) sifat masalah itu sendiri
2. Teori “continguncy” Fiendler
Suatu teori kepemimpinan yang kompleks dan memerik adalah continguncy model of leadership effectiviness dari Fred Fiedler. Pada dasarnya, teori ini menytakan bahwa efektifitas suatu oraganisasi tergantung antara interaksi antara pemimpin dan situasi. Situasi dirumuskan dengan dua karakteristik ; 1) derajat situasi dimana pemimpin,menguasai, mengndalikan dan mempengaruhi situasi, 2) derajat situasi yang menghadapakn manajer dengan ketidak pastian.
3. Teori siklus- Kehidupan dari Hersey dan Blanchard
Teori siklus kehidupan dari Paul Hersey dan Kenneth Blanchard. Konsep dasar dari teori siklus-kehidupan adalah bahwa strategi perilaku pemimpin harus harus situasional dan terutama didasarkan pada kedewasaan atau ketidak dewasaan para pengikut.
8
Kedewasaan adalah kapasitas kemampuan individu atau kelompok untuk menetapkan tujauan yang tinggi tetapi tidak dicapai, dan keinginan dan kemampuan mereke untuk mengambil tanggu jawab.
Perilaku tugas adalah tingkat dimana pemimpin cendrung ubtuk mengorganisasikan dan menentukan peranan-perananpara pengikut, menjelaskan setiap keinginan yang dilaksanakan, kapan di mana, dan bagaimana tugas-tugas diselasaikan.
Perilaku hubungan, berkenaan dengan hubungan pribadi pemimpin dengan individu atau para anggota kelompoknya.
9
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah membahas dan mengkaji tentang pembahasan di atas mengenai kepempimpinanan maka, dapat disimpulakan bahwa teryata kepemimpinan itu wajib dimiliki oleh setia manausia sebahgai bahan untuk nanatinya dapat menjadi seorang pemimpin yang baik, bermoral dan berkualitas. dan ternyata untuk manjadi seorang pemimpin itu tidak semuada membalikan telapak tangan butuh parjuangan dan keseriusan untuk mendapakan kepempinan yang maksimal.
B. SARAN
Saran kami bagi para pembaca perbanyaklah referensi dengan membaca buku serta banayak melekukan latihan-latiahn kepemimpinan dan jadilah manuasia modern.
10
DAFTAR PUSTAKA
Arthur G. Bedeiaan, Organitations : theory and analysis, The Dryden
Press, Hinsdale, Illinois, 1980.
Charles H. Kepner & Benyamin B. Tregoe, manajer yang rasional! (II)
(terjemehan), Penerbit Erlangga – Jakarta, 1982.
Willian F. Glueck, Management, The Dryden Press, Hinsdale, Illinois,s
1977.
11
MAKALAH IMAN KEPADA QADA DAN QADAR
IMAN KEPADA QADA DAN QADAR
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas
studi Islam 2
Oleh:
Agus salim
Astranita
Muh. Jalil
PROGRAM STUDI MAJEMEN KEUNGAN
SEKOLAH TINGI ILMU NANAJEMEN YAPIM MAROS
2013/2014
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah....................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................. 1
C. Tujuan Penulisan Makalah.................................... 1
D. Manfaat Penulisan Makalah.................................. 1
BAB II PEMBAHASAN................................................... 2
A. Landasan Teori....................................................... 2
B. Pembahasan......................................................... 3
BAB III PENUTUP.......................................................... 16
A. Kesimpulan........................................................ 16
B. Saran................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA........................................................ 17
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah swt yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan pengerjaan makalah yang berjudul ” Iman kepada Qada dan Qadar dan manfaat beriman ”. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas ilmu manajemen.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Kami sebagai penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan informasi dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Maros, 29 jumaidil awal 1434 H
10 april 2013 M
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Islam merupakan agama yang paling sempurna yang di turunkan kepada nabi Muhammad saw. Kesempuranaan akan agama Islam tidak dapat diragukan lagi karena agama ini telah di jelaskan secara terperinci dalam Alquran. Tapi dalam pembahasan makalah ini kita tidak akan membahas pengertian islam tetapi akan lebih kepada persoalan keyakinan atau iman. Sebelum membahas pada tataran persoala Qada dan Qadar terlebih dahulu memsti mamahami apa pengertian iman. Pengertian iman secara bahasa menurut Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin adalah pengakuan yang melahirkan sikap menerima dan tunduk. Kata beliau makna ini cocok dengan makna iman dalam istilah syari’at. Dan beliau mengkritik orang yang memaknai iman secara bahasa hanya sekedar pembenaran hati (tashdiq) saja tanpa ada nsure menerima dan tunduk. Kata ’iman’ adalah fi’il lazim (kata kerja yang tidak butuh objek), sedangkan tashdiq adalah fi’il muta’addi (butuh objek). Inilah yang akan menjadi pokok pembahasan dalam makalah ini.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang masalah tersebut di atas maka dapat dirumuskan;
1. Apakah yang dimaksud dengan Qada dan Qadar?
2. Apakah fungsi beriman?
C. TUJUAN PENULISAN MAKALAH
Dari rumusan makalah di atas maka dapat makalah ini disusun dengan tujuan;
1. Mampu memahami pengertian Qada dan Qadar.
2. Mampu mengimplementasikan fungsi keimanan dalam kehidupan sehari-hari.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. LANDASAN TEORI
1. Pengertian Qadha dan Qadar
Menurut bahasa, qadha memiliki beberapa arti yaitu hukum, ketetapan, perintah, kehendak, pemberitahuan, dan penciptaan. Sedangkan menurut istilah, qadha adalah ketentuan atau ketetapan Allah SWT dari sejak zaman azali tentang segala sesuatu yang berkenaan dengan makhluk-Nya sesuai dengan iradah (kehendak-Nya), meliputi baik dan buruk, hidup dan mati, dan seterusnya.
Menurut bahasa, qadar berarti kepastian, peraturan, dan ukuran. Sedangkan menurut istilah, qadar adalah perwujudan ketetapan (qadha) terhadap segala sesuatu yang berkenaan dengan makhluk-Nya yang telah ada sejak zaman azali sesuai dengan iradah-Nya. Qadar disebut juga dengan takdir Allah SWT yang berlaku bagi semua makhluk hidup, baik yang telah, sedang, maupun akan terjadi.
Atau secara sederhana dapat diartikan bahwa qada adalah ketetapan Allah yang telah ditetapkan (tetapi tidak diketahui), sedangkan qadar ialah ketetapan Allah yang telah terbukti.
Rasulullah bersabda :
‘’ Iman itu ialah engkau beriman kepda Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, Hari Kemudian, dan qadar-Nya yang baik maupun yang buruk’’ (Hadist riwayat Muslim).
2
B. PEMBAHASAN
2. Hubungan Qadha dan Qadar dengan Ikhtiar
Allah telah menetapkan segala sesuatu yang berkenaan dengan makhluk-Nya sejak zaman azali. Meskipun begitu Allah tetap mewajibkan manusia untuk berikhtiar. Kita tidak mengetahui apa-apa yang akan terjadi pada diri kita, oleh sebab itu kita harus berikhtiar. Jika ingin pandai, hendaklah belajar dengan tekun. Jika ingin kaya, bekerjalah dengan rajin setelah itu berdo’a. Dengan berdo’a kita kembalikan
segala urusan kepada Allah SWT. Dengan demikian, apapun yang terjadi kita dapat menerimanya dengan ridha dan ikhlas.
Sebagaimana firman Allah SWT, yang artinya:
Sesungguhya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. (QS. Ar-Ra’du: 11).
Dengan demikian manusia tidak hanya sekedar menunggu ketentuan takdir, tetapi kita juga diberikan kebebasan bahkan diwajibkan untuk berusaha dan berikhtiar. Meskipun dalam berikhtiar kita memilih jalan yang baik atau jahat, semua itu pada akhirnya tetap dalam takdir Allah SWT.
TINGKATAN QADHA’ DAN QADAR
Menurut Ahlussunnah Wal Jamaah, qadha’ dan qadar mempunyai empat tingkatan :
• Pertama : Al-‘Ilm (pengetahuan)
Artinya mengimani dan meyakini bahwa Allah Ta’ala Maha Tahu atas segala sesuatu. Dia mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi, secara umum maupun terperinci, baik itu termasuk perbuatanNya sendiri atau perbuatan makhlukNya. Tak ada sesuatupun yang tersembunyi bagiNya.
4
• Kedua : Al-kitabah (penulisan)
Artinya mengimani bahwa Allah Ta’ala telah menuliskan ketetapan segala sesuatu dalam Lauh Mahfuzh.
Kedua tingkatan ini sama-sama dijelaskan oleh Allah Ta’ala dalam firman-Nya:
• •
70. Apakah kamu tidak mengetahui bahwa Sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi?; bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu Amat mudah bagi Allah.
Dalam ayat ini disebutkan lebih dahulu bahwa Allah Ta’ala mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi, kemudian dikatakan bahwa yang demikian itu tertulis dalam sebuah kitab Lauh Mahfuzh.
Sebagaimana dijelaskan pula oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dalam sabdanya:
“ Pertama kali tatkala Allah Ta’ala menciptakan qalam (pena), Dia firmankan kepadanya : Tulislah!. Qalam itu berkata : “ya Tuhanku, apakah yang hendak kutulis?” Allah Ta’ala berfirman : “Tulislah apa saja yang akan terjadi!” maka seketika itu bergeraklah qalam itu menulis segala sesuatu yang akan terjadi hingga hari kiamat”.
5
Ketika Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam ditanya tentang apa yang hendak kita perbuat, apakah sudah ditetapkan atau tidak? beliau menjawab: “sudah ditetapkan”. Dan ketika beliau ditanya: “Mengapa kita mesti berusaha dan tidak pasrah saja dengan takdir yang sudah tertulis? Beliaupun menjawab : “Berusahalah kalian, masing-masing akan dimudahkan menurut takdir yang telah ditentukan baginya”.
• Ketiga : Al- Masyiah ( kehendak ).
Artinya: bahwa segala sesuatu, yang terjadi atau tidak terjadi, di langit dan di bumi, adalah dengan kehendak Allah Ta’ala. Hal ini dinyatakan jelas dalam Al-Qur’an Al–Karim. Dan Allah Ta’ala telah menetapkan bahwa apa yang diperbuatNya, serta apa yang diperbuat para hambaNya juga dengan kehendakNya. Firman Allah:
28. (yaitu) bagi siapa di antara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus.
29. dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam.
112. dan Demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap Nabi itu musuh, Yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia)[499]. Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, Maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.
6
[499] Maksudnya syaitan-syaitan jenis jin dan manusia berupaya menipu manusia agar tidak beriman kepada Nabi.
• • • •
253. Rasul-rasul itu Kami lebihkan sebagian (dari) mereka atas sebagian yang lain. di antara mereka ada yang Allah berkata-kata (langsung dengan dia) dan sebagiannya Allah meninggikannya[158] beberapa derajat. dan Kami berikan kepada Isa putera Maryam beberapa mukjizat serta Kami perkuat Dia dengan Ruhul Qudus[159]. dan kalau Allah menghendaki, niscaya tidaklah berbunuh-bunuhan orang-orang (yang datang) sesudah Rasul-rasul itu, sesudah datang kepada mereka beberapa macam keterangan, akan tetapi mereka berselisih, Maka ada di antara mereka yang beriman dan ada (pula) di antara mereka yang kafir. seandainya Allah menghendaki, tidaklah mereka berbunuh-bunuhan. akan tetapi Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya.
[158] Yakni Nabi Muhammad s.a.w.
[159] Maksudnya: kejadian Isa a.s. adalah kejadian yang luar biasa, tanpa bapak, Yaitu dengan tiupan Ruhul Qudus oleh Jibril kepada diri Maryam. ini Termasuk mukjizat Isa a.s. menurut jumhur musafirin, bahwa Ruhul Qudus itu ialah Malaikat Jibril.
7
Dalam ayat–ayat tersebut Allah Ta’ala menjelaskan bahwa apa yang diperbuat oleh manusia itu terjadi dengan kehendak-Nya.
Dan banyak pula ayat-ayat yang menunjukkan bahwa apa yang diperbuat Allah adalah dengan kehendak-Nya. Seperti firman Allah:
• • • • • ••
13. dan kalau Kami menghendaki niscaya Kami akan berikan kepada tiap- tiap jiwa petunjuk, akan tetapi telah tetaplah Perkataan dari padaKu: "Sesungguhnya akan aku penuhi neraka Jahannam itu dengan jin dan manusia bersama-sama."
•• •
118. Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka Senantiasa berselisih pendapat,
Dan banyak lagi ayat–ayat yang menetapkan kehendak Allah dalam apa yang diperbuat-Nya.
Oleh karena itu, tidaklah sempurna keimanan seseorang kepada qadar (takdir) kecuali dengan mengimani bahwa kehendak Allah Ta’ala meliputi segala sesuatu. Tak ada yang terjadi atau tidak terjadi kecuali dengan kehendakNya. Tak mungkin ada sesuatu yang terjadi di langit ataupun di bumi tanpa dengan kehendak Allah Ta’ala.
• Keempat : Al–Khalq ( penciptaan )
8
Artinya mengimani bahwa Allah pencipta segala sesuatu. Apa yang ada di langit dan di bumi penciptanya tiada lain kecuali Allah Ta’ala. Sampai “ kematian” lawan dari kehidupan itupun diciptakan Allah.
2. yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun,
Jadi segala sesuatu yang ada di langit ataupun di bumi penciptanya tiada lain adalah Allah Ta’ala.
Kita semua mengetahui dan meyakini bahwa apa yang terjadi dari hasil perbuatan Allah adalah ciptaan-Nya. Seperti langit, bumi, gunung, sungai, matahari, bulan, bintang, angin, manusia dan hewan kesemuanya adalah ciptaan Allah. Demikian pula apa yang terjadi untuk para makhluk ini, seperti : sifat, perubahan dan keadaan, itupun ciptaan Allah Ta’ala.
Akan tetapi mungkin saja ada orang yang merasa sulit memahami, bagaimana dapat dikatakan bahwa perbuatan dan perkataan yang kita lakukan dengan kehendak kita ini adalah ciptaan Allah Ta’ala? Jawabnya: Ya, memang demikian, sebab perbuatan dan perkataan kita ini timbul karena adanya dua faktor, yaitu kehendak dan kemampuan. Apa bila perbuatan manusia timbul karena kehendak dan kemampuannya, maka perlu diketahui bahwa yang menciptakan kehendak dan kemampuan manusia adalah Allah Ta’ala.
9
Dan siapa yang menciptakan sebab dialah yang menciptakan akibatnya. Jadi, sebagai argumentasi bahwa Allah-lah yang menciptakan perbuatan manusia maksudnya adalah bahwa apa yang diperbuat manusia itu timbul karena dua faktor, yaitu : kehendak dan kemampuan. Andaikata tidak ada kehendak dan kemampuan, tentu manusia tidak akan berbuat, karena andaikata dia menghendaki, tetapi tidak mampu, tidak akan dia berbuat, begitu pula andaikata dia mampu, tetapi tidak menghendaki, tidak akan terjadi suatu perbuatan.
Jika perbuatan manusia terjadi karena adanya kehendak yang mantap dan kemampuan yang sempurna, sedangkan yang menciptakan kehendak dan kemampuan tadi pada diri manusia adalah Allah Ta’ala, maka dengan ini dapat dikatakan bahwa yang menciptakan perbuatan manusia adalah Allah Ta’ala.
Akan tetapi, pada hakekatnya manusia-lah yang berbuat, manusia-lah yang bersuci, yang melakukan shalat, yang menunaikan zakat, yang berpuasa, yang melaksanakan ibadah haji dan umrah, yang berbuat kemaksiatan, yang berbuat ketaatan; hanya saja perbuatan ini ada dan terjadi dengan kehendak dan kemampuan yang diciptakan oleh Allah Ta’ala. Dan alhamdulillah hal ini sudah cukup jelas.
Keempat tingkatan yang disebutkan tadi wajib kita tetapkan untuk Allah Ta’ala. Dan hal ini tidak bertentangan apabila kita katakan bahwa manusia sebagai pelaku perbuatan. Seperti halnya kita katakan : “api membakar” padahal yang menjadikan api dapat membakar adalah Allah Ta’ala. Api tidak dapat membakar dengan sendirinya, sebab seandainya api dapat membakar dengan sendirinya, tentu ketika nabi Ibrahim ‘alaihissalam dilemparkan ke dalam api, akan terbakar hangus. Akan tetapi, ternyata beliau tidak mengalami cidera sedikitpun, karena Allah Ta’ala berfirman pada api itu:
69. Kami berfirman: "Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim",
10
Sehingga Nabi Ibrahim tidak terbakar, bahkan tetap dalam keadaan sehat wal afiat. Jadi, api tidak dapat membakar dengan sendirinya, tetapi Allah-lah yang menjadikan api tersebut mempunyai kekuatan untuk membakar. Kekuatan api untuk membakar adalah sama dengan kehendak dan kemampuan pada diri manusia untuk berbuat, tidak ada perbedaanya. Hanya saja, Karena manusia mempunyai kehendak, perasaan, pilihan dan tindakan, maka secara hukum yang dinyatakan sebagai pelaku tindakan adalah manusia. Dia akan mendapat balasan sesuai dengan apa yang diperbuatnya, karena dia berbuat menurut kehendak dan kemauannya sendiri.
3. MANFAAT BERIMAN
1. Iman melenyapkan kepercayaan terhadap benda
Orang yang beriman hanya percaya kepada kekuatan Allah. kalau Allah hendak memberikan pertolongan-Nya, maka tidak ada satu kekuatan pun yang dapat mencegahnya.
2. Iman menenamkan semangat berani menhadapi maut
Takut menghadapi maut menyebabpkan manusia menjadi pengecut. Banyak diantara manusia yang tidak berani mengemukakan kebenaran kerena takut menhadapi resiko. Orang yang beriman yakin sepenuhnya bahwa kematian itu di tangan Allah. Pegangan orang beriman soal hidup dan mati adalah firman Allah :
11
78. di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, Kendatipun kamu di dalam benteng yang Tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan[319], mereka mengatakan: "Ini adalah dari sisi Allah", dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan: "Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad)". Katakanlah: "Semuanya (datang) dari sisi Allah". Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) Hampir-hampir tidak memahami pembicaraan[320] sedikitpun?
[319] Kemenangan dalam peperangan atau rezki.
[320] Pelajaran dan nasehat-nasehat yang diberikan.
3. Iman menanamkan sikap ‘selp help’ dalam kehidupan
Rezeki atau mata pencaharian memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Banyak orang yang melepaskan pendirianya karena kepentingan penghidupannya. Kadang-kadang manusia tidak segan-segan melepaskan prinsip, menjual kehormatan, bermuka dua, menjilat, dan memperbudak diri, karena kepentingan materi. Pegangan orang beriman dalamrana ini ialah firman Allah:
6. dan tidak ada suatu binatang melata[709] pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya[710]. semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).
12
[709] Yang dimaksud binatang melata di sini ialah segenap makhluk Allah yang bernyawa.
[710] Menurut sebagian ahli tafsir yang dimaksud dengan tempat berdiam di sini ialah dunia dan tempat penyimpanan ialah akhirat. dan menurut sebagian ahli tafsir yang lain maksud tempat berdiam ialah tulang sulbi dan tempat penyimpanan ialah rahim.
4. Iman memberikan ketentraman jiwa
Sering kali manusia dilanda resah dan duka cita, digoncang oleh keraguan dan kebimbangan. Orang yang beriman mempunyai keseimbangan, hatinya tentram, 28. (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.
jiwanya tenang, sperti firman Allah:
•
4. Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi[1394] dan adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana,
13
[1394] Yang dimaksud dengan tentara langit dan bumi ialah penolong yang dijadikan Allah untuk orang-orang mukmin seperti malaikat-malaikat, binatang-binatang, angin taufan dan sebagainya,
5. Iman mewujudkan kehidupan yang baik
Kehidupan manusia yang baik ialah kehidupan orang-orang yang selalu melakukan kebaikan, mengerjakan perbuatan-perbuatan yang baik. Sebagai mana Allah berfirman:
• •
97. Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik[839] dan Sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.
[839] Ditekankan dalam ayat ini bahwa laki-laki dan perempuan dalam Islam mendapat pahala yang sama dan bahwa amal saleh harus disertai iman.
6. Iman melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen
Iman memberikan pengaruh kepada seseorang untuk berbuat selalu dengan ikhlas, tanpa pamrih, kecuali keridaan Allah. Orang yang beriman akan senantiasa konsekuen dengan apa yang telah diikrarkannya, baik dengan lidahnya maupun dengan hatinya. Ia senantiasa berpedoman kepada firman Allah:
•
14
162. Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.
7. Iman memberikan keberuntungan
Orang-orang yang beriman akan selalu berjalan pada arah yang benar karena Allah membimbing dan mengarahkannya kepada tujuan hidup yang hakiki. Dengan demikian orang yang beriman adalah orang yang beruntung dalam hidupnya. Hal ini sesuai dengan firman Allah:
5. mereka Itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung[19].
[19] Ialah orang-orang yang mendapat apa-apa yang dimohonkannya kepada Allah sesudah mengusahakannya.
15
BAB
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Iman adalah keyakinan yang diyakini didalam hati, diucapkan dengan lisan, dan dilaksanakan dengan amal perbuatan. Kalau kita melihat qada’menurut bahasa artinya Ketetapan.Qada’artinya ketatapan Allah swt kepada setiap mahluk-Nya yang bersifat Azali.Azali Artinya ketetapan itu sudah ada sebelumnya keberadaan atau kelahiran mahluk. Sedangkan Qadar artinya menurut bahasa berarti ukuran.Qadar artinya terjadi penciptaan sesuai dengan ukuran atau timbangan yang telah ditentuan sebelumnya. Qaqda’ Qadar dalam keseharian sering kita sebut dengan takdir.
B. SARAN
Kepada para pembaca kami hharapkan agar lebih memperbanyak pendalam agama karena persoalan iman adalah hal yang sangat wajib utuk kita pahami.
16
DAFTAR PUSTAKA
Buku pedoman penidikan agama islam untuk perguruan tinggi umum
www.google.com
MAKALAH PROSES COSTING
SISTEM PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN PEROSES
(PROCESS COSTING)
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas
Akuntasi Biaya
Oleh:
Agus salim
Nursam
Marlia
Rahmawati
Nur asia
PROGRAM STUDI MAJEMEN KEUNGAN
SEKOLAH TINGI ILMU NANAJEMEN YAPIM MAROS
2013/2014
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................
BAB I PENDAHULUAN.....................................................
A. Latar Belakang Masalah.......................................
B. Rumusan Masalah.................................................
C. Tujuan Penulisan Makalah....................................
D. Manfaat Penulisan Makalah..................................
BAB II PEMBAHASAN...................................................
A. Landasan Teori.......................................................
B. Pembahasan.........................................................
BAB III PENUTUP..........................................................
A. Kesimpulan........................................................
B. Saran.................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah swt yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan pengerjaan makalah yang berjudul ” Process Costing ”. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas ilmu manajemen.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Kami sebagai penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan informasi dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Maros, 29 jumaidil awal 1434 H
10 april 2013 M
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Dalam ilmu manajemen khusnya pada konteks akuntasi biaya terkhusus lagi pada sistem perhitungan biaya berdasarkan proses yang sangat dibutuhkan dalam konsep perusahaan. Tapi, yang menjadi pertanyaanya kemudian bagaimanakh subtansi dari process costing tersebut. Hal ini memeng agak sulit untuk kita pahami karena process costing ini memerlukan banyak referensi dan juga wawasan yang luas dan pengalaman yang cukup banyak ituk kkemudian di implementasikan. Oleh karena itulah masalh tersebut akan di bahas didalam makalah ini.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang di atas maka dapat kami rumuskan:
1. Apa yang di maksud dengan process costing?
C. TUJUAN PENULISAN MAKALAH
Sehubungan dengan rumusan masalah di atas maka, makalah ini disusun dengan tujuan;
1. Mampu memahami process costing.
D. MANFAAT PENULISAN MAKALAH
Manfaat dari penulisan makalah ini sangat jelas sebagai bahan refesensi yang akan di jadikan sebuah acuan untuk mengetaui secara mendalam tentang process costing. Dan masih banyak lagi manfaat yang akan kita dapat setalah kita membahas materi ini.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. LANDASAN TEORI
Proses costing merupakan metode akuntansi yang menelusuri dan terakumulasi biaya langsung, dan mengalokasikan biaya tidak langsung dari proses manufaktur. Biaya ditugaskan untuk produk, biasanya dalam batch besar, yang mungkin mencakup produksi sebulan itu. Akhirnya, biaya harus dialokasikan untuk unit individu produk. Ini memberikan biaya rata-rata untuk masing-masing unit, dan merupakan kebalikan dari ekstrim Job costing yang mencoba untuk mengukur biaya individu produksi masing-masing unit. Proses costing biasanya bab signifikan.
Proses penetapan biaya adalah jenis operasi biaya yang digunakan untuk memastikan biaya produk pada setiap proses atau tahap pembuatan. CIMA mendefinisikan proses costing sebagai "Metode biaya diterapkan di mana barang atau jasa hasil dari urutan operasi atau proses yang terus menerus atau berulang-ulang. Biaya dirata-ratakan atas unit yang diproduksi selama periode". Proses costing cocok untuk industri yang memproduksi produk homogen dan di mana produksi aliran kontinu. Sebuah proses dapat disebut sebagai sub-unit organisasi khusus yang ditetapkan untuk biaya pengumpulan tujuan.
B. PEMBAHASAN
1. Akumulasi Biaya Prosees
Tujuan penting dari sistem perhitungan biaya manapun adalah untuk menentukan biaya dari barang tau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan. Sistem perhitungan biaya sebaiknya ekonomis untuk dioperasikan dan membebenkan sejumlah biaya kesetiap produk sedemikian rupa sehingga merefleksikan biaya dari sumber daya yang digunakan untuk memproduksi produk tersebut.
2
Karena setiap peruhahaan memiliki tiap perbedaan dalam hal teknologi manufaktur, pengelolaan sistem produksi dan bauran produk, maka bisa diperkirakan bahwa sistem perhitungan biayanya juga kan berbeda. Sistem perhitungan biaya sebaiknya disesuaikan agar dapat memenuhi kebutuhan perusahaan.
Dalam sistem perhitungan biaya berdasarkan pesanan, produk dipertanggungjawabkan dalam batch. Setiap batch diperlakukan sebagai pesanan yang terpisah, dan pesannan tersebut merupakan objek biayanya. Ketika pesanan selesai, biaya perunit dari produk ditentukan dengan membagi total biaya yang dibebenkan ke kartu biaya pesanan dengan jumlah unit yang di produksi untuk pesanan tersebut. Ketika produk yang diproduksi selama periode akuntansi dalam suatu pusat biaya membutuhkan kuantitas dan sumber daya yang berbeda-beda, perhitungan biaya berdasarkan pesanan merupakan pilihan logis karena biaya untuk memproduksi produk yang berbeda-beda tidaklah sama. Dalam sistem perhitungan biaya berdasarkan proses, bahan baku, tenaga kerja dan overhead pabrik dibebankan ke pusat biaya.
2. Perhitungan Biaya per Departemen
Dalam perusahhan manufaktur, produksi dapat terjadi di beberapa departemen. Dalam konteks ini setiap departemen dibebenkan melelukan suatu proses kegiatan. Jika kegitan sudah selesai maka akan ditranfer kepada departemen lain untuk kemudian di proses lebih ajut dan begitu terus samapai brang atau jasa sudah siap dipasarkan. Contoh: Strathmore, Inc. adalah perusahaan yang memproduksi mainan edukatif memiliki tiga departemen yaitu departemen pembentukan, dimanaplastik dipotong menjadi bentuk-bentuk yang diinginkan; departemen perakitan d imanaplastik dirakit dan bahan pelengkap seperti alat pengunci ditambahkan. Mainan yang sudah jadi dikirim kedepartemen pengemasan, dimana mainan dimasukkan kedalam kotak.
3. Aliran Produksi Secara Fisik
3
Suatu produk dapat berpindah di pabrik dengan berbagai cara. Tiga bentuk aliran produksi fisik yang berhubungan dengan perhitungan biaya berdasarkan proses dalah berurutan, pararel, dan selektif. Ketiganya dijelskan di sini untuk mengilustrasikan bahwa perhitungan biaya berdasarkan proses dapat diterapkan ke semua pola aliran produk.
Aliran berurutan (sequential Product Flow). Dalam aliran produk berurutan, setiap produk diproses dalam urutan langkah-langkah yang sama. Dalam suatu perusahaan dengan tiga departemen, pemotongan, perakitan, dan pengepakan, aliran tersebut dapat di ilustrasikan. oleh gambar 1-1.
Barang dalam proses
departemen pemotongan
barang dalam proses
departemen perakitan
bahan baku barang dalam proses
tenega kerja depertemen pengepakan
overhead tenaga kerja
pabrik over head
pabrik
bahan baku
tenaga kerja barang jadi
over head
pabrik
Gambar 1-1 Aliran produk berurutan
Aliran produk pararel (paraller product plow). Dalam aliran produk pararel, bagian tertentu dari pekrjaan dilakukan secara simultan dan kemudian di satukan pada proses-prose final untuk diselesaikan dan di transfer ke barang jadi. Akun-akun yang ditunjukan oleh gambar 1-2 mengilustrasikan aliran pararel untuk suatu proses produksi di mana bahan baku di tambahkan di beberapa departemen berikitnya.
4
barang dalam proses
departemen pemotongan
barang dalam proses
bahan baku departemen pengamplasan
tenaga kerja barang dalam proses
over head departemen perakitan
pabrik tenaga kerja
over head pabrik
barang dalam
bahan baku tenaga proses
kerja over head pengcatan
pabrik
bahan baku
tenaga kerja
over head
pabrik
barang dalam proses barang dalam proses
departemen peleburan departemen percetakan
barang jadi
bahan baku
tenaga kerja tenaga kerja
over head pabrik over head pabrik
Gambar 1-2 aliran produk pararel
Aliran produk selektif (selective froduct flow). Dalam aliran produk selektif, produk berpindah kedepartemn-depertemn berbeda dallam satu pabrik, tergantung produk final yang akan dihasilkan. lihat gambar 1-3
5
Barang dalam proese
Departemen penjagaan
Barang dalam proses
Bahan baku departemen pengepakan
Tenaga kerja
Overhead pabrik
Barang dalam proses Barang jadi
Departemen peleburan Bahan baku
Tenaga kerja
Overhead
Pabrik
Tenaga kerja
overhead
pabrik
barang dalam proses
departemen penggilingan
tenaga kerja
overhead
pabrik
Gambar 1-3 aliran produk selektif
4. Laporan Biaya Produksi
Dalam perhitungan biayaberdasarkan proses, semua biaya dapat dibebankan kedepartemen diiktisarkan dalam laporan biaya produksi departemen. Laporan biaya produksi adalah kertas kerja yang menempilkan juamlah biaya yang diakumulasikan dan dibebankan ke produksi selama satu bulan atau periode lain. Laporan tersebut juga merupakn sumber informasi untuk menyiapkan jurnal iktisar untuk mencatat biaya unit yang ditransfer dari satu departeman produksi ke departemen produksi lain dan akhirnya kepersedian barang jadi.
6
Laporan biaya produksi intuk satu departemen dapat memiliki banyak bentuk format, tetapi sebaiknya laporan tersebut menunjukkan (1) biaya total dan biaya per unit dari pekerjaan yang diterima dari suatu atau beberapa depertemen lain;
(2) biaya total dan biaya per unit dari bahan baku, tenaga kerja dan overhead pabrik yang ditambahkan oleh departeman tersebut; (3) biaya dari persedian barang dalam proses awal dan akhir; dan(4) biaya yang di transfer ke departemen berikutnya atau ke persedian barang jadi.
Menentukan biaya unit yagditransfer keluar dari suatau departwmwn dan biaya yang masih tersisia dalam bentuk persedian akhir pada dasarnya suatu peroses alokasi. Karena biaya dapat berubah dengan berlalunya waktu, maka perlu digunakan suatu asumsi aliran biaya. Asumsi aliran dana yang paling umum digunakan untuk persedian barang dalam proses adalah perhitungan biaya rata-rata tertimbang akan digunakan di sini untuk keperluan ilustrasi. Misalnya, jika tiga unit produk di persedian akhir masing-masing memiliki sepertiga bahan baku yang diperlukan oleh ketiga unit tersebut akan sama dengan jumlah bahan baku yang diperlukan untuk menyelesaikan satu unit produk.
5. Sistem Perhitungan Biaya Berdasarkan Proses dengan Asumsi Aliran Biaya FIFO
Pengertian
Metode FIFO menganggap bahwa harga pokok dari barang-barang yang pertama kali dibeli akan merupakan barang yang dijual pertama kali. Dalam metode ini persediaan akhir dinilai dengan harga pokok pembelian yang paling akhir.
7
Metode ini juga mengasumsikan bahwa barang yang terjual karena pesanan adalah barang yang mereka beli. Oleh karenanya, barang-barang yang dibeli pertama kali adalah barang-barang pertama yang dijual dan barang-barang sisa di tangan (persediaan akhir) diasumsikan untuk biaya akhir. Karenanya, untuk penentuan pendapatan, biaya-biaya sebelumnya dicocokkan dengan pendapatan dan biaya-biaya yang baru digunakan untuk penilaian laporan neraca.
Metode ini konsisten dengan arus biaya aktual, sejak pemilik barang dagang mencoba untuk menjual persediaan lama pertama kali. FIFO merupakan metode yang paling luas digunakan dalam penilaian persediaan.
Metode FIFO seringkali tidak nampak secara langsung pada aliran fisik dari barang tersebut karena pengambilan barang dari gudang lebih didasarkan pada pengaturan barangnya. Dengan demikian meode FIFO lebih nampak pada perhitungan harga pokok barang. Dalam metode FIFO, biaya yang digunakan untuk membeli barang pertama kali akan dikenali sebagai Cost of Goods Sold (COGS). Untuk perhitungan harga maka digunakan harga dari stok barang dari transaksi yang terdahulu.
Sejarah
Metode FIFO (First In First Out) pertama kali dikenal dalam akuntansi keuangan sebagai salah satu metode dalam penilaian persediaan barang. Harga yang digunakan sebagai dasar dalam menilai persediaan barang dapat memakai harga lama atau harga baru.
Pada metode FIFO, persediaan barang yang dikeluarkan untuk produksi atau dijual, nilainya didasarkan pada harga menurut urutan yang pertama masuk. Jadi, untuk penilaian pada persediaan barang yang tersisa, berarti harganya didasarkan pada harga baru atau harga urutan yang terakhir.
Memisahkan unit dalam persediaan awal dari unit yang diproduksi dalam periode saat ini. Diasumsikan bahwa unit dari persediaan awal diselesaikan dulu, dan ditransfer keluar bersama dengan semua biaya periode sebelumnya ditambah biaya periode saat ini
8
Unit ekuivalen produksi
Unit ekuivalen untuk melengkapi persediaan awal* + unit yang masuk dan diselesaikan selama periode tertentu+ unit ekuivalen persediaan akhir barang dalam proses
=
*Unit ekuivalen untuk menyelesaikan persediaan awal
Jumlah unit dalam persediaan awal
=X
100% -% penyelesaian persediaan awal
Dari contoh data perusahaan Double Diamond Skis yang memproduksi sepatu ski melalui Departemen Pemotongan dan Penggilingan, maka perhitungan unit ekuivalen masing-masing departemen berdasarkan metode FIFO adalah sebagai berikut:
* 5.000 unit dimulai-400 unit BDP =4.600 unit yang dimulai dan diselesaikan.Bahan Konversi
Barang dalam proses, 1 Mei:
200 unit x (100% -55%)
200 unit x (100% -30%) 90 140
Unit yang masuk dan diselesaikan selama Mei 4.600* 4.600*
Barang dalam Proses, 31 Mei:
400 unit x 40%
400 unit x 25% 160 100
Unit Ekuivalen produksi 4.850 4.840
9
Perspektif Visual Unit Ekuivalen Produksi Departemen Pemotongan dan Penggilingan Biaya Konversi (Metode FIFO)
Persediaan Awal BDP
5.000 unit masuk
Persediaan Akhir BDP
200 unit
30% penyelesaian 4.600 unit masuk dan diselesaikan
400 unit
25% penyelesaian
Barang dalam Proses awal:
200 unit x (100% -30%) 140
Unit selesai dan dikirimkan4.600
Persediaan Akhir BDP 400 x25%100
Unit ekuivalen produksi4.840
10
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas maka kami dapat menyimpulkan bahwa peranan teori process costing sangat penting dibutuhkan dalam sebuah perusahhan karna dengan mampu memahi teori ini maka kita akan mampu untuk menjalankan perusahhan dengan baik dan tentu biaya dapat kita atur seirit mungkin.
B. SARAN
Setelah membaca makalah ini penulis mengharapkan kepada para pembaca agar sekiranya bisa memahimi materi ini sedikit banyaknya. Saran kami perbanyalah refensi guna untuk memahami materi ini lkarna sesungguh referensi yang banyak kita akan lebih mudah untuk memahami materi ini.
11
DAFTAR PUSTAKA
Arnold, M.J. and K.E Reynold, 2003, Hedonic Shopping
Motivations, Journal of Retailing, Vol 79, pp 75-79.
Baridwan, Zaki. Intermediate Accounting, edisi 5. Yogyakarta:
Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN,
1989.
Business Week Magazine, 13 September 2006, Hal 42-43.
Carter dan Usry, Akuntansi Biaya, Buku 1 Edisi 13, Thompson
Learning Asia dan Salemba Empat, Jakarta.
Craig Lees, M.,S. Joy and B. Browne, 1995, Consumer Behaviuor,
Jhon Willey & Son, Brisbane.
Damodaran, Aswath, Corporate Finance, Theory and Practice,
Jhon willey and Sons, Inc, 1997.
David, Fred R., 2005, Strategic Management, Concept & Cases,
10th edition, Prentice Hall, New Jersey.
Djojosoedarso, S., Prinsip-Prinsip Manajemen Risiko, 2004,
Salemba Empat, Jakarta.
Harrington dan Niehaus, Risk Management & Insurances, second
edition, 2004.
Indrajit, Richardus Eko. 2004. Kajian Strategis Cost Benefit
Teknologi Informasi. Penerbit Andi, Yogyakarta.
Janita, Dewi Ike. 2005. Integrasi Teknologi Informasi dengan
12
MAKALAH KATA BAKU DAN NON BAKU
BAHASA BAKU DAN TIDAK BAKU
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas
Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Dosen Pengajar: Ramli, S.Pd
Oleh :
Agus salim 1261201140
PROGRAM STUDI ILMU MANAJEMEN KEUANGAN
YAYASAN PERGURUAN ISLAM MAROS
(STIM YAPIM)
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah swt yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga kita dapat menyelesaikan pengerjaan makalah yang berjudul ” Bahasa Baku dan Tidak Baku “ guna untuk memenuhi salah satu tugas Bahasa Indonesia.
Pada kesempatan ini, saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Saya sebagai penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan informasi dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Maros, 20 Muharram 1434 H
4 Desember 2012
KATA PENGANTAR........................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah......................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................. 2
C. Tujuan Penulisan Makalah..................................... 3
D. Manfaat Penulisan Makalah................................... 3
BAB II PEMBAHASAN...................................................... 4
A. Landasan Teori...................................................... 4
B. Pembahasan.......................................................... 5
BAB III PENUTUP............................................................. 21
A. Kesimpulan............................................................ 21
B. Saran..................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA.......................................................... 22
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa Indonesia adalah bahasa terpenting di kawasan republik kita. Pentingnya peranan bahasa itu antara lain bersumber pada ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi: “Kami putra dan putri Indonesia menju ggjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia” dan pada Undang-undang Dasar 1945 yang di dalamnya tercantum pasal khusus yang menyatakan bahwa “bahasa negara ialah bahasa Indonesia’’. Namun, disamping itu masih ada beberapa alasan lain mengapa bahasa indonesia menduduki tempat yang terkemuka di antara beratus-ratus bahasa Nusantara yang masing-masing amat penting bagi penuturnya sebagai bahasa ibu. Penting tidaknya suatu bahasa dapat juga didasari patokan seperti jumlah penutur, luas penyebaran, dan peranannya sebagai sarana ilmu, seni sastra, dan pengungkap budaya.
Dan dalam mempelajari bahasa Indonesia kita harus menegtahui tentang tatatan bahasa terutama bahasa baku dan bahasa tidak baku oagar kita lebih memehami tantang bahasa Indonesia secara mendalam. Di dalam tatanan bahasa Indonesia di kenal juga sebuah istilah situasi diglosia. Dan di dalam situasi diglosia terdapat tradisi yang menutamakan studi gramatikal tentang ragam yang tinggi. Hal itu dapat dipahami jika diingat bahwa ragam itula yang di ajarkan dalam sistem pendidikan. Tradisi penulisan tata bahasa Melayu, Malaysia, dan Indonesia membuktikan kecenderungan itu. Tradisi itulah yang meletakkan dasar bagi usaha pembakuan bahasa. Nora raga pokok yang tinggi di bidang ejaan, tata bahasa, dan kosakata dikodifikasi. Ragam yang rendah yang tidak mengenal kodifikasi itu menunjunkkan perkembangan ke arah keanekaan ejaan, variasi yang luas di dalam lafal, tata bahasa, dan kosa kata. Bahkan jika
1
wilayah pemakaian bahasa yang bersangkutan amat luas, seperti bahsa indonesia, dapat timbul berbagai jenis ragam rendah kedaerahan yang akhirnya menyulitkan pemahaman timbal balik. Jika penutur bahasa indonesia ini berkata bahwa bahasa Indonesia termasuk golongan bahasa yang mudah, agaknya ia merujuk ke ragam pokok yang rendah yang dimahirinya; jika ia berkata bahwa bahasa indonesia itu sulit, yang dimaksudkannya agaknya ragam pokok yang tinggi. Pengacuan keragam bahasa yang pada hakikatnya berbeda rupa-rupanya menjelaskan adanya paradoks di dalam masyarakat bahwa bahasa Indonesia itu mudah dan sekaligus sukar dipelajari dan di pakai. Oleh karena sebabnya kita akan membahas tentang bahsa baku dan tidak baku.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat di asumsikan beberapa rumusan masalah;
1. Apakah perbedaan bahasa baku dan tidak baku?
2. Apakah fungsi bahasa baku di dalam mempelajari bahasa Indonesia?
3. Bagaimanakah bahasa yang baik dan benar?
4. merumuskan beberapa contoh bahasa baku?
2
C. Tujuan Penulisan Makalah
Dari beberapa rumusan masalah di atas maka dapat di asumsikan beberapa tujuan;
1. Mengetahui perbedaan bahasa baku dan tidak baku
2. Mengetahui fungsi dan peranan bahasa baku
3. Memahami cara berbahasa yang baik dan benar
4. Mengetahui beberapa contoh bahasa baku
D. Manfaat Penulisan Makalah
Makalah ini disusun dengan maksud dan tujuan agar kita bisa memahami tentang bahasa baku dan tidak baku dalam berbahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari berbangsa dan bernegara.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Landasan Teori
1. Pengertian Bahasa
Bahasa merupakan salah satu alat untuk mengadakan interaksi terhadap manusia yang lain. Jadi bahasa tersebut tidak dapat dipisahkan dengan manusia. Dengan adanya bahasa kita kita dapat berhubungan dengan masyarakat lain yang akhirnya melahirkan komunikasi dalam masyarakat.
Bahasa Indonesia mempunyai sebuah aturan yang baku dalam pengguanaanya, namun dalam prakteknya sering terjadi penyimpangan dari aturan yang baku tersebut. Kata-kata yang menyimpang disebut kata non baku. Hal ini terjadi salah satu penyebabnya adalah faktor lingkungan. Faktor ini mengakibabkan daerah yang satu berdialek berbeda dengan dialek didaerah yang lain, walaupun bahasa yang digunakannya terhadap bahasa Indonesia.
Secara sederhana, Gorys Keraf (1980:1) mendefinisikan bahwa bahasa sebagai alat komunikasi antar anggota mansyarakat berupa symbol bunyi yang disilkan oleh alat ucap manusia. Dalam hal ini, yang dimaksud ‘bahasa’ dibatasi pada symbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.
2. Pengertian Bahasa Baku dan Tidak Baku
Bahasa baku adalah kata-kata yang standar sesuai dengan aturan kebahasaaan yang berlaku, didasarkan atas kajian berbagai ilmu, termasuk ilmu bahasa dan sesuai dengan perkembangan zaman. Kebakuan kata amat ditentukan oleh tinjauan disiplin ilmu bahasa dari berbagai segi yang ujungnya menghasilkan satuan bunyi yang amat berarti sesuai dengan konsep yang disepakati terbentuk.
4
Kata baku dalam bahasa Indonesia memedomani Pedoman Umum Pembentukan Istilah yang telah ditetapkan oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa bersamaan ditetapkannya pedoman sistem penulisan dalam Ejaan Yang Disempurnakan.
Dalam Pedoman Umum Pembentukan istilah (PUPI) diterangkan sistem pembentukkan istilah serta pengindonesiaan kosa kata atau istilah yang berasal dari bahasa asing. Bila kita memedomani sistem tersebut akan telihat keberaturan dan kemapanan bahasa Indonesia.
Kata baku sebenanya merupakan kata yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang telah ditentukan. Konteks penggunaannya adalah dalam kalimat resmi, baik lisan maupun tertulis dengan pengungkapan gagasan secara tepat.
Suatu kata bisa diklasifikasikan tidak baku bila kata yang digunakan tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang ditentukan. Biasanya hal ini muncul dalam bahasa percakapan sehari-hari, bahasa tutur.
B. Pembahasan
1. Perbedaan Bahasa Baku dan Tidak Baku
Ragam bahasa orang yang berpendidikan, yakni bahasa dunia pendidikan, merupakan pokok yangt sudah agak banyak ditelah orang. Ragam itu jugalah yang kaidah-kaidahnya paling lengkap diberikan jika jika dibandingkan dengan pelajaran di dunia pendididkan. Sejarah umum perkembangan bahasa menunjukkan bahwa ragam itu memeperoleh genggsi dan wibawa yang tinggi karena karna ragam itu juga dipakai oleh kaum yang berpendidikan dan kemudian dapat menjadi pemuka diberbagai bidang kehidupan yang penting. Ragam itulah yang dijadikan tolok bandingan bagi pemakaian bahasa yang benar. Fungsinya sebagai tolok menghasilkan nama bahasa baku.
5
Proses tersebut terjadi di dalam banyak masyarakat bahasa yang terkemuka seperti Prancis, Inggris, Jerman, Belanda, dan Italia. Di Indonesia keadaanya agak berlainan pejabat tinngi, pemuka, dan tokoh masyarakat kita dewasa ini berusia antara 50 dan 70 tahun dan semuanya tidak memperoleh kesempatan memahiri ragam bahsa sekolah. Peristiwa revolusi kemerdekaan kita agaknya yang menjadi musababnya. Karena itu, mungkin tidak amat tepat menyamakan bahasa Indonesia yang baku dengan bahasa golongan pemimpin masyarakat secara menyeluruh. Masalahnya di Indonesia ialah kemahiran berbahasa yang baik dan benar, walupun dihargai, belum menjadi prasyarat untuk kedudukan yang terkemuka di dalam masyarakat kita. Mengingat kenyataan tersebut kita perlu kembali ke dunia pendidikan yang munurut adat menjadi persemaian para pemimpin. Ragam bahasa yang diajarkan dan dikembangkan di dalam lingkungan itulah yang menjadi ragam bahasa calon pemimpin kita sehingga pada suatu saat bahasa di Indonesia yang baku disamakan dengan ragam bahasa golongan yang memencarkan gengsi dan wibawa kemasyarakatan. Oleh sebab itu, di indonesia, semua proses pembakuan hendaknya bermula pada ragam bahsa pendidikan dengan berbagai coraknya dari sudut pandang sikap, bidang dan sarananya.
Bahasa baku memiliki sifat kemantapan dinamais, yang berupa kaidah dan aturan yang tetap. Baku atau standar tidak dapatberubah setiap saat. Kaidah pembentukan kata yang memunculkan bentuk perasa dan perumus dengan taat asas harus dapat menghsilkan bentuk perajin dan perusak, bukan pengerajin dan pengerusak.
Ciri kedua yang menendai bahasa baku ialah sifat kecendekiaan-nya. Perwujudannya dalam kalimat, paragraf, dan satuan bahasa lain yang lebih besar mungungkapkan penaralaran atau pemikiran yang teratur, logis dan masuk akal. Proses pencendekiaan bahasa itu amat penting karena pengenalan ilmu teknologi moderen, yang kini umumnya masih bersumbur pada bahasa asing, hahrus dapat langsungkan lewat buku bahasa indonesia.
6
Baku atau standar berpranggapan: adanya keseragaman. Proses pembakuan sampai taraf tertentu berarti proses penyeragaman kaidah, bukan penyamaan ragam bahasa, atau penyeragaman variasi bahasa. Itulah ketiga ciri ragam bahasa bahasa yang baku.
2. Fungsi Bahasa Baku
Bahasa baku mendukung empat fungsi, tiga di antaranya bersifat pelambang atau simbolik, sedangkan yang astu lagi bersifat objektif: (1) fungsi pemersatu, (2) fungsi pemberi kekhasan, (3) fungsi pembawa kewibawaan, dan (4) fungsi sebagai kerangka acuan.
Bahasa baku menghubungkan semua penutur berbagai dialeg bahasa itu. Dengan demikian, bahasa baku mempersatukan mereka menjadi satu masnyarakat bahasa yang meningkatkan proses identifikasi penutur orang seorang dengan seluruh masyarakat itu. Bahasa indonesia yang diterbitkan di Jakarta selaku pusat pembangunan agaknya dapat diberi predikat pendukung fungsi pemersatu. Bahkan banyak orang bukan hanya tidak sadar akan adannya dialeg (geografis) bahasa indonesia, melainkan menginginkan juga keadaan utopia yang hanya mengenal satu ragam bahasa Indonesia untuk seluruh penutur dari Sabang sampai Merauke.
Fungsi pemberi kekhasan yang di emban oleh bahasa baku memeperbedakan bahasa itu dari bahasa lain. Karena fungsi itu, bahasa baku memperkuat perasaan kepribadian nasional masyarakat bahasa yang bersangkutan. Hal itu terlihat pada penutur bahasa Indonesia. Yang meragukan sebagian orang ialah apakah perasaan itu bertalian lebih erat dengan bahasa Indonesia sebagai bahsa nasional tau dengan bahasa baku. Yang jelas ialah pendapat orang banyak bahwa bahsa Indonesia berbeda dari bahasa Malaysia atau dari bahasa Melayu di Singapura dan Brunei Darussalam. Bahkan bahasa Indonesia diuanngap suda lebih jauh berbeda dari bahasa Melayu Riau-Johor yang menjadi induknya.
7
Pemilikan bahasa baku membawa serta wibawa atau prestise. Fungsi pembawa wibawa bersangkutan usaha orang mencapai kesederajatan dengan peradaban lain yang dikagumi lewat pemerohanbahasa baku seendiri. Ahli bahasa dan beberapa kalangan di Indonesia pada umumnya berpendapat bahwa perkembangan bahasa Indonesia dapat dijadikan teladan bagi bangsa lain di Asia Tenggra yang juga mememerlukan bahas yang modern. Dapat juga dikatakan bahwa fungsi pembawa wibawa itu beralih dari pemilikan bahasa baku yang nyata ke pemilikan bahasa yang berpotensi menjadi bahasa baku. Walaupun begitu, menurur pengalaman, sudah dapat di saksikan di beberapa tempat bahwa penutur yang mahir berbahasa indonesia “dengan baik dan benar” memperoleh wibawa di mata orang lain.
Bahasa baku selanjutnya berfungsi sebagai kerangka acuan bagi pemakaian bahasa dengan adanya norma dan kaidah yang jelas. Norma dan kaidah itu menjadi tolok ukur bagi betul tidaknya pemakain bahasa orang seorang atau golongan. Dengan demikian, penyimpangan dari norma dan kaidah dapat dinilai. Bahasa baku juga menjadi kerangka acuan bagi fungsi estetika bahasa yang tidak saja terbatas pada bidang sastra, tetapi juga mencakup segala jenis pemakaian bahasa yang menerik perhatian karena bentuknya yang khas, seperti di dalam permainan kata,iklan, dan tajuk berita. Fungsi ini dalam bahasa Indonesia baku belum berjalan dengan baik. Namun, perlunya fungsi itu berkali-kali diungkapkan dalam kongres bahasa Indonesia, seminar, serta berbagai penataran guru. Kalangan guru berkali-kali mengimbau agar disusun tata bahasa normatif yang dapat menjadi pegangan atau acuan bagi guru bahasa dan pelajar.
8
Ejaan atau tata cara manulis bahasa Indonesia dengan huruf Latin untuk ketiga kali dibakukan secara resmi pada tahun 1972, setelah berlakunya Ejaan Van Ophuijsen (1901) dan Ejaan Soewandi (1947). Pada tahun 1975 dikeluarkan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang menguraikan kaidah ejaan yang baru secara terinci dan lengkap. Jika menerapkan patokan ptokan yang terurai di atas, maka dapat dikemukankan pendapat bahwa kaidah ejaan kita sudah seragam, dasar penysunannya memenuhi syarat kecendekiaan, tetepi pelaksanannya belum mantap. Mengingat jumlah variasi pelafalan bahasa Indonesia yang diizinkan atau diterima itu sanat besar sebagai akibat banyaknya ragam kedaerahan, pelaksanaan ejaan baku menjamin kemudahan proses pemahaman di antara semua penutur yang tersebar di kepulauan kita.
Sebagaimana dinyatakan di atas, lafal bahasa indonesia banyak coraknya. Kita tidak saja berhadapan dengan ragam kedaerahan, tetapi juga dengan ragam orang yang kurang berpendidikan, yang fonologi bahasanya berbeda. Jika ditinjau dari sudut pembakuan, kita dapat mengambil dua sikap. Yang pertama didukung oleh anggapan agar berbagai lafal yang ada dibiarkan selama lafal itu ternyata tidak menggangu arus perhubungan kebahasaan di antara penuturnya. Sikap yang kedua dianut oleh orang berpendapat bahwa lafal yang santun mutlak diperlukan. Kata mereka, “Dulu kami pun memepelajari bahasa Belanda santun yang umum”. Andaikata keingan itu layak diwudkan sekarang, setelah pembakuan ejaan yang baru diselesaikan, maka malasalah yang timbul ialah lafal siapa dan lafal daerah mana yang harus dijadikan tolok ukur agar dapat disebut lafal Indonesia yang baku. Di dalam bahasa, dengan perangkat bunyi dan huruf juga yang terbatas banyaknya, kita pun dapat munyusun kata, baik dalam ujaran maupun tulisan, yang jumlahnya mungkin beratus ribu. Satuan bahasa itu kita mengacu kebarang, perbuatan, sifat atau gagasan apa saja yang bertalian dengan kehidupan kita. Kumpulan unsur bahasa itu disebut kosakata ‘khazanah kata’. Istialah leksikon dipakai dengan makna yang sama, tetapi kadang-kadang dibedakan juga sebagai pengacu kumpulan seluruh jumlah morfem-jadi semua afiks juga termasuk di dalamnya. kosakata bahasa Indonesia disusun menurut abajad dalam kamus.
9
Sehubungan dengan pembakuan kosakata, ada kalanya orang bertanya, apakah kata seperti cewek, ngelotok, ngopi, dan nggak sudah diterima sebagai bahasa indonesia. Kata-kata itu sudah menjadi bagian dari kosakata bahasa Indonesia, tetapi tidak termasuk dalam kelompok yang baku. Dalam pada itu, unsur bahasa yang semula tidak termasuk ragam standar lamabat-laun dapat diterima menjadi kosakata yang baku. Bandingkanlah, misalnya, perbedaan sikap orang beberapa waktu yang lalu dengan sikap mereka sekarang terhadap kata pacar, bisa dan dimengerti. Kaerna banyaknya kesangsian di antra penutur bahasa dan demi tujuan pengajaran bahasa yang tepat, usaha pembakuan kosakata, yang seyogiannya ditafsirkan pementapan kosakata dalam ragam bahasa yang baku, perlu digiatkan dan dikembangkan.
Rintisan pembakuan kosakata sebenarnya sudah lama berjalan di bidang peristilahan yang merupakan bagiannya yang amat penting. Pekerjaan pembakuan istilah itu sudah dimulai sejak tahun 1942 dengan adanya Komisi Bahasa Indonesia. Akan tetapi, baru pada tahun 1975 keluarlah Pedoman Umum Pembentukan Istilah yang memberikan patokan menyeluruh mengenai permasalahan tersebut sehingga kita dapat memeiliki tata istilah yang memenuhi syarat kemantapan, kecendikiaan, dan keseragaman. Penyusunan istilah khusus serta pengembangannya pada hakikatnya merupakan unsur sertaan pengembangan ilmu.
Pembakuan bahasa indonesia belum pernah dilakukan secara resmi. Walaupun demikian, buku tata bahasa, baik yang berupa saduran karangan ahli Belanda maupun yang berupa karya asli, yang banyak dipakai di perguruan kita, tidak sedikit pengaruhnya sebagai faktor pembaku. Buku yang banyak pengaruhnya terhadap pandangan kebahasaan orang yang bergerak di bidang pendidikan, di antaranya dapat disebut karangan van Ophuijsen (1910), S.M. Zain (1942), Madong Loebis (1946), S.T Alisjahbana (1949), C.A. Mees (1951), Fokker (1951), Poedjawijatna Zoetmulder (1955), Slametmuljana (1956, 1957), Goris Keraf (1970), Poerwadarminta (1967), Samsuri (1971, 1978), dan M. Ramlan (1971,1980,1981).
10
Disamping jasanya sebagai sarana, kadang-kadang memeng satu-satunya, dalam pengajaran bahasa di sekolah yang berhasil manjaga kesinambuangan proses pemahiran bahasa Indonesia, buku bahasa tata yang pernah dipakai secara luas itu tidak luput dari dua kelemahan. Yang pertama berhubungan dengan taraf perincianya. Di antara bagian tata bunyi, tata bentuk, dan tata kalimat, umumnya tata bentuklah yang urainya paling terinci. Bagian tata bunyi menimbulkan kesan bahwa pembahasannya bertolak dari pengetahuan orang tentang tata bunyi Belanda. Itulah sebabnya, dalam buku tata bahasa Indonesia dapat dipersoalkan tempat tekanan kata dan jenis tekanan kata dan jenis tekanan, seperti tekanan dinamik, tekanan tinggi, dan tekanan waktu. Bagaian sintaksis bernasib naka tiri. Contoh: karena dalam bahasa Belanda predikat kalimat selalu berupa verba, kalimat Indonesia seperti Ayah di rumah manurut teori tata bahasa yang barlaku juga bukan kalimat yang sempurna.
3. Bahasa Yang Baik Dan Benar
Jika bahasa sudah baku atau standar, baik yang ditetapkan secara resmi lewat surat putusan pejabat pemrintah atau maklumat, maupun yang diterima berdasarkan kesepakatan umum dan yang wujudnya dapat kita saksikan praktik pengajaran bahasa kepada khalayak, mka dapat dengan lebih mudah dibuat pembedaan antara bahasa yang benar dengan yang tidak. Pemakaian bahasa yang mengikiti kaidah yang dibakukan atau yang dianggap baku itulah yang merupakan bahasa yang benar. Jika orang masih membedakan pendapat tentang benar tidaknya suatu bentuk bahasa, perbedaan paham itu menandakan tidak atau belum adanya berbentuk baku yang mantap. Jika dipandang dari sudut itu, kita mungkin berhadapan dengan bahasa yang semua tataranya suda dibakukan. Bahasa Indonesia, agaknya, termasuk golongan yang kedua. Kaidah ejaan dan pembentukan istilah kita sudah distandarkan; kaidah pembentukan kata yang sudah tepat dianggap baku, tetepi pelaksaan patokan itu dalam kehidupan sehari-hari belum mantap.
11
Orang yang mahir menggunakan bahasanya sehingga maksud hatinya mencapai sasaranya, apapun jenisnya itu, dianggap telah dapat berbahasa dengan efektif. Bahasanya membuahkan efek atau hasil kerena serasi dengan peristiwa atau keadaan yang dihadapinya. Di atas sudah diuraikan bahwa bahwa oarang yang berhadapan dengan sejumlah lingkungan hidup harus memilih salah satu ragam yang cocok dengan situasi itu. Pemenfaatan ragam yang tepat dan serasi menurut golongan penutur dan jenis pemakaian bahasa itulah yang disebut bahasa yang baik atau tepat. Bahasa yang harus mengenai sasaranya tidak selalu perlu baragam baku. Dalam tawar-menawar denagn tukang sayur atau tukang becak kita memekai bahasa baku sperti
(1) Berapakah Ibu mau menjual bayam ini?
(2) Apakah Bang Becak bersedia mengantar saya ke Pasar Tanah Abang dan berapa ongkosnya?
Contoh di atas adalah contoh bahasa Indonesia yang baku dan benar, tetapi tidak baik dan tyidak efektif karena tidak cocok deengan situasi pamakaian kalimat-kalimat itu. Untuk situasi seperti di atas, kalimat (3) dan (4) berikut akan lebih tepat.
(1a) Berapa nih, Bu, bayemnya?
(2a) Ke Pasar Tanah Abang, Bang, Berapa?
Sebaliknya, kita mungkin berbahasa yang baik, tetapi tidak benar. Frasa seperti ini hari merupakan bahasa yang baik sampai tahun 80-an di kalangan para makelar karcis bioskop, tetapi bentuk itu tidak merupakan bahasa yang benar kerena letak kedua kata dalam frasa ini terbalik.
Karena itu, anjuran agar kita “berbahasa Indonesia dengan baik dan benar” dapat diartikan pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya dan yang di samping itu mengikuti kaidah bahasa yang betul. Uangkapan “bahasa Indonesia yang baik dan banar” mengacu keragam bahasa yang sekaligus mmemenuhi persyaratan kebaikan dan kebenaran.
12
4. Beberapa Bontoh Bahasa Baku
Kata BAKU dan TIDAK BAKU
A
1. aktif = aktip
2. ambulans = ambulan
3. analisa = analisis
4. andal = handal
5. anggota = angauta
6. antre = antri
7. apotik = apotek
8. asas = azas
9. atlet = atlit
B
10. bus = bis
11. berpikir = berfikir
C
12. cabai = cabe, cabay
13. cenderamata = cinderamata
13
D
14. daftar = daptar
15. definisi = difinisi
16. depot = depo
17. detail = detil
18. diagnosis = diagnosa
19. diferensial = differensial
20. dipersilakan = dipersilahkan
21. disahkan = disyahkan
E
22. ekspor = eksport
23. ekstrem = ekstrim
24. ekuivalen = ekwivalen
25. embus = hembus
26. esai = esei
14
F
27. formal = formil
28. februari = pebruari
29. fiologi = phiologi
30. fisik = phisik
31. foto = photo
32. fondasi = pondasi
33. frekuensi = frekwensi
G
H
34. hafal = hapal
35. hakikat = hakekat
36. hierarki = hirarki
37. hipotesis = hipotesa
15
I
38. insaf = insyaf
39. ikhlas = ihlas
40. impor = import
41. istri = isteri
42. ijazah = ajasah, ijasah
43. izin = ijin
44. imbau = himbau
45. isap = hisap
J
46. jaman = zaman
47. jenazah = jenasah
48. justru = justeru
16
K
49. karier = karir
50. kaidah = kaedah
51. kategori = katagori
52. khotbah = khutbah
53. konferesi = konperensi
54. kongres = konggres
55. kompleks = komplek
56. kualifikasi = kwalifikasi
57. kualitas = kwalitas
58. kuantitatif = kwantitatif
59. koordinasi = koordinir
L
17
M
60. manajemen = menejemen
61. manajer = menejer
62. masalah = masaalah
63. masjid = mesjid
64. merek = merk
65. meterai = meterei
66. metode = metoda
67. miliar = milyar
68. misi = missi
69. mulia = mulya
70. mungkir = pungkir
71. museum = musium
N
72. narasumber = nara sumber
73. nasihat = nasehat
74. November = Nopember
O
75. objek = obyek
76. objektif = obyektif
18
P
77. paspor = pasport
78. peduli = perduli
79. praktik = praktek
80. provinsi = propinsi
81. putra = putera
82. profesor = proffesor
Q
R
83. ramadhan = ramadan
84. risiko = resiko
S
85. saraf = syaraf
86. sekadar = sekedar
87. silakan = silahkan
88. sistem = sistim
89. saksama = seksama
90. standardisasi= standarisasi
91. subjek = subyek
92. subjektif = subyektif
19
T
93. teknik = tehnik
94. teknologi = tehnologi
95. terampil = trampil
96. telantar = terlantar
U
97. ubah = rubah
98. utang = hutang
V
99. varietas = varitas
W
X
Y
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasa di atas maka dapat disimpulkan bahwa kita diharuskan menggunakan bahasa indonesia yang baik dan benar atau dengan kata lain kita harus mampu mengaplikasikan bahasa yang baku untuk bercerita. Kita dituntut untuk mengunakan bahasa baku di dalam lingkungan yang formal, seperti dalam berdiskusi, seminar, lingkungan sekolah, lingungan kampus maupun dalam kongres kita mutlak menngunakan bahasa baku. Bahasa non baku bisa saja digunakan jika kita berada di lingkungan non formal atau dengan kata lain kata non baku bisa digunakan asalkan sesuai dengan situasi dan kondisi.
B. Kritik dan Saran
Dengan selesainya makalah ini penulis sangat mengharapkan kritikan dari para pembaca. Makalah ini sesunggunya belum sepenuhnya sempurna seperti yang dihrapkan oleh penulis.
21
DAFTAR PUSTAKA
Abas, Lutfi. 1967. Pengantar Linguistik dan Tatabahasa Bahasa
Indonesia I. Bandung: Jajasan Penerbit Universitas
Padjadjaran.
Paosikin. 1950. Tatabahasa Indonesia. Pustaka Timur.
Permadi, Eddy. 1980. Buku pelajaran bahasa indonesia.
Bandung: Malita Masa.
Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia. 1975a. Pedoman Umum
Ejaan yang Disempurnakan. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Pino, E. 1953. Bahasa Indonesia, Groningen, J.B Woltres.
Sulaiman, sjaf. 1974. Pengantar Tatabahasa Indonesia. Yogyakarta:
Pribadi.
22
SAMPUL MAKALAH
MAKALAH
OLEH
AGUS SALIM
1261201140
SEKOLAH TINGGI ILMU MANAJEMEN
YAPIM MAROS
2013/2014
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................... i
BAB I PENDAHULUAN..................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah....................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................. 1
C. Tujuan Penulisan Makalah.................................... 1
D. Manfaat Penulisan Makalah.................................. 1
BAB II PEMBAHASAN................................................... 3
A. Landasan Teori....................................................... 3
B. Pembahasan........................................................ 4
BAB III PENUTUP.......................................................... 13
A. Kesimpulan........................................................ 13
B. Saran................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA........................................................ 14
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah swt yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan pengerjaan makalah yang berjudul ” SAHAM ”. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas ilmu manajemen dalam konteks ilmu metematika keuanngan.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Saya sebagai penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan informasi dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Maros, 9 Sya’ ban 1434 H
18 Juni 2013 M
ii
PENYUSUTAN
MAKALAH
OLEH
AGUS SALIM
1261201140
SEKOLAH TINGGI ILMU MANAJEMEN
YAPIM MAROS
2013/2014
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................... i
BAB I PENDAHULUAN..................................................... ii
A. Latar Belakang Masalah....................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................. 1
C. Tujuan Penulisan Makalah.................................... 1
D. Manfaat Penulisan Makalah.................................. 1
BAB II PEMBAHASAN................................................... 2
A. Landasan Teori....................................................... 2
B. Pembahasan........................................................ 2
BAB III PENUTUP.......................................................... 13
A. Kesimpulan........................................................ 13
B. Saran................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA........................................................ 14
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah swt yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan pengerjaan makalah yang berjudul ” PENYUSUTAN ”. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas ilmu manajemen dalam konteks ilmu metematika keuanngan.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Saya sebagai penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan informasi dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Maros, 7 Sya’ ban 1434 H
16 Juni 2013 M
ii
OBLIGASI
MAKALAH
OLEH
AGUS SALIM
1261201140
SEKOLAH TINGGI ILMU MANAJEMEN
YAPIM MAROS
2013/2014
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................... i
BAB I PENDAHULUAN..................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah....................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................. 1
C. Tujuan Penulisan Makalah.................................... 1
D. Manfaat Penulisan Makalah.................................. 1
BAB II PEMBAHASAN................................................... 3
A. Landasan Teori....................................................... 3
B. Pembahasan........................................................ 3
BAB III PENUTUP.......................................................... 13
A. Kesimpulan........................................................ 13
B. Saran................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA........................................................ 14
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah swt yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan pengerjaan makalah yang berjudul ” OBLIGASI ”. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas ilmu manajemen.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Kami sebagai penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan informasi dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Maros, 6 Sya’ ban 1434 H
15 Juni 2013 M
ii
MAKALAH SAHAM
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Berbicara tentang malah ekonomi kita tidak akan lepas dari pasar saham atau pasar modal. Di Indonesia sendiri pasar saham suad menajadi bisnis yang beasr di kalangan peara pengusaha-pengusaha sukses yang bergerak di bidang pasar saham. Perdangan saham menjadi hal pokok yang di perjualan belikan leh pengusaha-pengusaha besar karena orientasi dari pasar saham sangat menguntungkan. Hal ini sudah tidak asing lagi terdengar di telinga kita dari media olektronik tetapi, saat kita mungkin belum mengetahui apakah yang dimmaksud dengan saham yang sebenarnya.
Saat ini kita belum terlalu memahami mekanisme perdagangan saham di pasar modal, itu di karenakan kita seakan acuh tak acuh untuk ingin mencari tahu tentang saham. Tetapi dalam makalah ini akan dibahas sedikit menganai saham.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan:
1. Apakah yang dimaksud dengan saham?
2. Bagaimana mekanismi transaksi penjualan saham?
3. Apakah keutungan dan resiko dari penjualan saham?
B. TUJUAN PENULISAN MAKALAH
1. Mengtahui arti dan ruang lingkup saham.
2. Mampu mememahami transaksi perdagangan saham.
3. Mampu memanage penjualan saham
C. TUJUAN
Tujuan dari di buatnya makalah ini tak lain ada sebagai bahan refeensi bagi kita semua, semoga dapat kita aplikasika di dalam dunia kerja nantinya,. Karna tak dapat dinfikan bahwa saat ini hal utama yang di butuhkan antinya untuk bersaing didunia kerja adalah referensi yang banyak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. LANDASAN TEORI
Apa defeinisi saham itu? Saham merupakan salah satu sekuritas atau efek atau surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal yang bersifat kepemilikan. Artinya siapapun yang membeli saham berarti ikut memiliki berapa persen bagian dari perusahaan tertentu atau perusahaan yang menerbitkan saham. Pendek kata, saham merupakan bukti kepemilikan seseorang atau instansi terhadap suatu perusahaan yang menerbitkan saham. Lalu mengapa perusahaan menerbitkan saham dan mengapa juga mereka membeli saham. Aktivitas jual beli saham memang salah satu aktivitas yang selalu terjadi di bursa efek. Tujuan perusahaan menerbitkan saham adalah untuk menambah modal sedangkan tujuan mereka atau kita membeli saham adalah untuk mendapatkan keuntungan baik keuntungan jangka pendek maupun keuntungan jangka panjang.
Setelah mengetahui definisi saham, selanjutnya kita juga harus mengetahui mengapa berinvestasi di bidang saham merupakan investasi yang menjanjikan. Mengapa? karena saham memiliki salah satu ciri yaitu high risk high return, yaitu meski memiliki tingkat risiko yang lumayan tinggi namun keuntungan yang akan didapat dengan bermain-main di dunia saham bisa berlipat-lipat. Keuntungan tersebut yang membuat para pelaku bisnis yang bergerak di bidang jual beli saham menjadi tertarik.untuk menekuninya. Kita bisa mendapatkan untung yang besar hanya dalam waktu beberapa jam saja, namun demikian kita juga bisa mengalami kerugian yang tidak sedikit bila tidak cermat.
B. PEMBAHASAN
Saham sering diartikan sebagai:
Tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan (Fakhruddin dan Hadianto, 2001: 6).
Suatu surat berharga yang menunjukkan adanya kepemilikan seseorang atau badan hukum terhadap perusahaan penerbit saham (Darmadji dan Fakhruddin,2001: 5).
1. Jenis-Jenis Saham
Berdasarkan hak kepemilikannya, maka saham dapat dibagi 2 jenis (Fakhruddin dan Hadianto, 2001: 12), yaitu:
Saham Biasa (common stocks) - Merupakan saham yang menempatkan pemiliknya paling yunior dalam hal pembagian dividen dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaantersebut dilikuidasi. Saham biasa ini merupakan saham yang paling banyakdikenal dan diperdagangkan di pasar. Sebagai pemilik perusahaan pemegang saham biasanya memiliki hak yaitu:
Hak Kontrol - Pemegang saham biasa mempunyai hak untuk memilih dewan direksi. Hal ini berarti bahwa pemegang saham mempunyai hak untuk mengontrol siapa saja yang akan memimpin perusahaannya. Pemegang saham dapat melakukan hak kontrolnya dalam bentuk memveto dalam pemilihan direksi di rapat tahunan pemegang saham atau tindakan-tindakan yang membutuhkan persetujuan pemegang saham.
Hak menerima Pembagian Keuntungan - Sebagai pemilik perusahaan, pemegang saham biasa berhak mendapatkan bagian dari keuntungan perusahaan. Tidak semua laba dibagikan, tetapi sebagian laba akan ditanamkan kembali ke dalam perusahaan. Laba yang ditahan ini (retained earning) merupakan sumber dana intern perusahaan sedangkan laba yang tidak ditahan diberikan kepada pemilik saham dalam bentuk dividen.
Hak Preemtive - Hak preemtive (preetive right) merupakan hak untuk mendapatkan persentase kepemilikan yang sama jika perusahaan mengeluarkan tambahan lembar saham. Jika perusahaan mengeluarkan tambahan lembar saham yang beredar akan lebih banyak dan akibatnya persentase kepemilikan saham yang lama akan turun. Hak preemtive memberi prioritas kepada pemegang saham lama untuk membeli tambahan saham baru, sehingga persentase kepemilikan tidak berubah.
Saham Preferen (preferred stocks) - Saham ini mempunyai karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa karena bisa menghasilkan pendapatan tetap, tetapi bisa juga mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor. Ada dua hal penyebab saham preferen serupa dengan saham biasa yaitu mewakili kepemilikan ekuitas dan diterbitkan tanpa tanggal jatuh tempo yang tertulis di atas lembaran saham tersebut dan membayar dividen. Perbedaan saham preferen dengan obligasi terletak pada tiga hal yaitu klaim atas laba dan aktiva, dividen tetap selama masa berlaku dari saham, mewakili hak tebus dan dapat ditukar dengan saham biasa.
Bebarapa karakteristik saham preferen adalah sebagai berikut:
Preferen terhadap dividen.
Pemegang saham preferen mempunyai hak untuk menerima dividen terlebih dahulu dibandingkan pemegang saham biasa.
Saham preferen umumnya memberikan hak dividen kumulatif, yaitu memberikan hak kepada pemegangnya untuk menerima dividen tahun-tahun sebelumnya yang belum dibayarkan, dan dibayarkan sebelum pemegang saham biasa menerima dividennya. Preferen pada waktu likuidasi Saham preferen mempunyai hak terlebih dahulu atas aktiva perusahaan dibandingkan dengan hak yang dimiliki oleh saham biasa pada saat terjadi likuidasi. Besarnya hak atas aktiva adalah sebesar nilai nominal saham preferennya termasuk semua dividen yang belum dibayarkan jika bersifat kumulatif.
Pengertian Harga Saham. Harga saham (Hartono, 1998: 69) adalah harga yang terjadi di pasar bursa pada waktu tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar yaitu permintaan dan penawaran pasar. Harga saham dipengaruhi oleh 4 aspek yaitu: pendapatan, dividen, aliran kas, dan pertumbuhan. Pada penelitian ini yang akan dibahas adalah pengaruh dividen dengan harga saham, dimana harga saham dianggapsebagai nilai sekarang dari seluruh dividen yang diharapkan di masa mendatang.
Nilai-Nilai Saham. Ada dua pendekatan untuk melakukan analisis investasi yang berkaitan dengan harga saham (Husnan, 1996: 315) yaitu:
Analisis Fundamental - Analisis ini beranggapan bahwa setiap investor adalah makhluk rasional, karena itu analisis ini mencoba mempelajari hubungan antara harga saham dengankondisi perubahaan yang tercermin pada nilai kekayaan bersih perusahaan itu.
Analisis Teknikal - Analisis ini beranggapan bahwa penawaran dan permintaan menentukan harga saham. Para analis teknikal lebih banyak menggunakan informasi yang timbul dari luar perusahaan yang memiliki dampak terhadap perusahaan dari pada informasi intern perusahaan.
Tiga jenis penilaian saham. Ada tiga jenis penilaian saham (Hartono, 2000: 79), yaitu:
a. Nilai buku.Nilai buku ialah nilai asset yang tersisa setelah dikurangi kewajiban perusahaan jika dibagikan. Nilai buku hanya mencerminkan berapa besar jaminan atau seberapa besar aktiva bersih untuk saham yang dimiliki investor.
Beberapa nilai yang berkaitan dengan nilai buku (Hartono, 2000: 80-82):
Nilai nominal, ialah nilai yang ditetapkan oleh emiten. Agio saham, ialah selisih harga yang diperoleh dari yang dibayarkan investor kepada emiten dikurangi harga nominalnya. Nilai modal disetor, ialah total yang dibayar oleh pemegang saham kepada perusahaan emiten, yaitu jumlah nilai nominal ditambah agio saham. Laba ditahan, ialah laba yang tidak dibagikan kepada pemegang saham dan diinvestasikan kembali ke perusahaan dan merupakan sumber dana internal.
b. Nilai pasar Nilai pasar merupakan harga yang dibentuk oleh permintaan dan penawaran saham di pasar modal atau disebut juga dengan harga pasar sekunder. Nilai pasar tidak lagi dipengaruhi oleh emiten atau pihak pinjaman emisi, sehingga boleh jadi harga inilah yang sebenarnya mewakili nilai suatu perusahaan.
c. Nilai intrinsik. Nilai intrinsik adalah nilai saham yang menentukan harga wajar suatu saham agar saham tersebut mencerminkan nilai saham yang sebenarnya sehingga tidak terlalu mahal. Perhitungan nilai intrinsik ini adalah mencari nilai sekarang dari semua aliran kas di masa mendatang baik yang berasal dari dividen maupun capital gain (Sulistyastuti, 2002).
2. Cara bertaransaksi saham
Bertransaksi saham sebenarnya sederhana, layaknya para pedagang bertransaksi di pasar-pasar tradisional.
Kolom ini akan menjembatani dan mengakomodir para pembaca yang ingin mengetahui lebih lanjut mengenai saham, reksa dana, obligasi atau instrumen investasi lainnya. Setelah pada konsultasi sebelumnya, Emco Asset Management membahas definisi investasi saham, kali ini kami lanjutkan dengan pembahasan dasar-dasar investasi saham lainnya, seperti cara bertransaksi dan memulai transaksi.
Bagaimana cara bertransaksi saham? Bertransaksi saham sebenarnya sederhana, layaknya para pedagang bertransaksi di pasar-pasar tradisional. Saat membeli baju atau sayuran di pasar, harga yang tercapai berdasarkan hasil kesepakatan penjual dan pembeli. Di pasar tradisional, selain ada pedagang atau penjual, ada mandor pasar yang mengurus lokasi pasar dan tentu saja pembeli. Sama halnya dengan transaksi saham di lantai bursa. Di Bursa Efek Indonesia (BEI), kita mengenal broker, bursa efek dan investor. Investor (pembeli) melakukan jual atau beli sahamnya lewat broker melalui system di bursa efek.
Dengan siapa investor bertransaksi? Jika di pasar tradisional, pembeli membeli barang dari pedagang, lain halnya dengan transaksi saham di bursa. Sejatinya, investor saham bertransaksi dengan investor lainnya. Investor tersebut bisa berupa individu maupun investor institusi. Mekanisme transaksinya mirip dengan ketika kita mencari rumah (property) via agen. Bila kita ingin beli rumah, langkah pertama adalah menghubungi agen properti untuk melakukan pesanan dengan order jenis/spefikasi yang dicari dan kisaran harga beli. Lalu broker tersebut mencari daftar rumah yang dijual atau mencari ke teman sesama agen properti untuk memenuhi order tersebut. Barang yang dijual adalah barang dari investor lain. Tentu saja investor lain tersebut sudah memberikan order terlebih dahulu. Hal sama juga berlaku saat transksi saham. Investor yang ingin membeli saham, harus memasukan order terlebih dahulu melalui broker, lalu order itu dicarikan lawannya dengan order investor jual lewat sebuah sistem.
Dimana lokasi transaksi saham? Sebenarnya ada lokasi transaksi saham. Tapi itu dulu. Namanya dikenal sebagai Bursa Efek Indonesia (BEI). Disanalah order tersebut dipertemuakan sehingga terjadi transaksi (done). Di awal-awal perdagangan bursa, order ditulis dipapan tulis dan ketika ada yang ketemu atau done dicatat. Apakah kita perlu ke tempat tersebut untuk bertransaksi? Seiring perkembangan teknologi, order tersebut di masukan keserver dan setiap broker mengirim orangnya untuk memasukan order di terminal-terminal. Karena perkembangan teknologi telekomunikasi dan informasi, sekarang order itu bisa dikirim langsung dari kantor broker ke server di bursa efek lewat teknologi remote trading.
Apakah perbedaan remote trading dengan online trading? Remote trading berbeda dengan online trading. Remote trading memfasilitasi perdanganan dari broker-broker ke server di bursa efek. Transaksi antar broker dilakukan melalui sistem bursa. Sedangkan online trading adalah sistem broker yang digunakan investor untuk memasukan oder mereka. Jadi setiap nasabah dapat memasukan order jual atau beli mereka melalui sistem online trading ke server broker, lalu order-order tersebut diteruskan ke bursa efek lewat sistem remote trading.
Bagaimana memulai transaksi? Untuk memulai transaksi, nasabah harus memilih broker terlebih dahulu. Hal ini sama dengan ketika kita ingin menabung atau deposito di bank. Kita harus memilih bank dulu, datang kesana untuk mengisi formulir dan ketika sudah disetujui tabungan kita, baru kita dapat transaksi, baik menabung ataupun menarik tabungan.
Hal yang sama terjadi saat ingin memulai investasi saham di bursa. Setelah memilih broker, kita mengisi formulir pembukaan rekening di kantor broker (kadang formulir bisa diantar dan dijemput). Sesudah terbuka rekening efek, kita harus menyetor deposit awal untuk menjadi modal transaksi. Sesudah itu baru kita bisa melakukan transaksi efek. Namun perlu dipahami bahwa dalamproses transaksi saham juga diatur dalam sistem perundang-undangan.
3. Resiko berinvestasi saham
Keuntungan dan kerugian dalam investasi saham
Pada dasarnya ada 2 keuntungan yang diperoleh pemodal dengan membei atau memiliki saham, yaitu:
• Dividen
Yaitu pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham tersebut atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan, deviden diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Deviden yang dibagikan perusahaan dapat berupa devien tunai artinya kepada setiap pemegang saham diberikan deviden berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham atau dapat pula berupa deviden stock yang artinya setiap pemegang saham diberikan deviden sejumlah saham sehingga sejumlah saham yang dimiliki investor bertambah dengan adanya pembagian di=eviden stock tersebut.
• Capital Gain
Capital gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual, dimana harga jual lebih tinggi dari harga beli, capital gain terbentuk dengan adanya aktifitas perdagangan di pasar sekunder. Misalnya seorang pemodal membeli saham BUMI dengan harga per lembar Rp.5000 kemudian menjualnya dengan harga Rp.5500 per lembarnya, yang berarti pemodal tersebut telah mendapatkan capital gain sebesar Rp.500 untuk setiap saham yang dijualnya. Umumnya pemodal dengan orientasi jangka pendek untuk mengejar keuntungan melalui capital gain.
Disamping 2 keuntungan tersebut, maka pemegang saham juga di mungkinkan untuk mendapatkan:
• Saham Bonus
Saham bonus (jika ada) yaitu saham yang dibagikan perusahaan kepada pemegang saham yang diambil dari agio saham, agio saham adalah selisih antara harga jual terhadap harga nominal saham tersebut pada saat perusahaan melakukan penawaran umum dipasar perdana, misalnya setiap saham dengan nilai nominal Rp.500 dijual dengan harga Rp.800 maka setiap saham akan memberikan agio kepada perusahaan sebesar Rp.300 setiap sahamnya.
Sedangkan kerugian yang bisa terjadi dalam investasi di saham, yaitu:
• Tidak mendapat deviden
Perusahaan akan membagikan deviden jika operasi perusahaan menghasilkan keuntungan. Dengan demikian perusahaan tidak dapat membagikan deviden jika perusahaan tersebut mengalami kerugian. Dengan demikian potensi keuntungan pemodal untukmendapatkan deviden ditentukan oleh kinerja perusahaan tersebut.
• Capital Loss
Dalam aktifitas perdagangan saham, tidak selalu pemodal mendapatkan capital gain atau keuntungan atas saham yang dijualnya. Ada kalanya investor menjual sahamnya lebih rendah harganya dari harga belinya, dengan demikian investor mengalami capital loss. Misalnya seorang investor membeli saham BUMI pada harga Rp.5000 per lembarnya, namun beberapa waktu kemudian dijual dengan harga Rp.4500 per lembarnya, berarti investor tersebut mengalami kerugian sebesar Rp.500 per lembarnya, kerugian tersebut yang disebut capital loss.
Dalam jual beli saham, terkadang seorang investor untuk menghindari potensi kerugian yang makin besar seiring dengan terus menurunnya harga saham, maka investor tersebut rela menjual sahamnya dengan harga lebih rendah dari harga belinya, istilah ini dikenal dengan Cut Loss.
• Perusahaan bangkrut dan dilikuidasi
Jika suatu perusahaan bangkrut, maka tentu saja akan berdampak secara langsung kepada pemegang saham perusahaan tersebut. Sesuai dengan peraturan pencatatan saham di bursa efek. Dalam kondisi perusahaan dilikuidasi, maka pemeganng saham akan mendapat posisi lebih rendah dibandingkan kreditor atau pemegang obligasi, dan jika masih terdapat sisa baru akan dibagikan kepada pemegang saham.
• Saham di delist dari bursa (delisting)
Resiko lain yang di hadapi oleh para investor adalah jika saham perusahaan dikeluarkan dari pencatatan bursa efek (delist). Suatu saham perusahaan di delist di bursa umumnya karena kinerja perusahaan yang buruk, misalnya dalam kurun waktu tertentu tidak pernah diperdagangkan, mengalami kerugian beberapa tahun, tidak membagikan deviden secara berturut-turut selama beberapa tahun dan berbagai kondisi lainnya sesuai dengan peraturan pencatatan di bursa. Adapula perusahaan yang di delist keluar dari bursa dengan tujuan Go Private, perusahan yang melakukan Go Private tidak merugikan investor karena perusahaan penerbit saham tersebut melakukan Buy Back terhadap saham yg diterbitkan.
• Saham di Suspend
Jika suatu saham di suspend atau diberhentikan perdagangannya oleh otoritas bursa efek. Dengan demikian pemodal tidak dapat menjual sahamnya hingga saham yang di suspend tersebut dicabut dari status suspend. Suspend biasanya berlangsung dalam waktu singkat misalnya dalam 1 sesi perdagangan, 1 hari perdagangan namun dapat pula berlangsung dalam kurun waktu beberapa hari perdagangan. Hal yang menyebabkan saham di suspend yaitu suatu saham mengalami lonjakan harga yang luar biasa, suatu perusahaan dipailitkan oleh kreditornya, atau berbagai kondisi lainnya yang mengharuskan otoritas bursa menghentikan sementara perdagangan saham tersebut untuk kemudian diminta konfirmasi lainnya. Sedemikian hingga informasi yang belum jelas tersebut tidak menjadi ajang spekulasi, jika setelah didapatkan suatu informasi yang jelas, maka status suspend atas saham tersebut dapat dicabut oleh bursa dan saham dapat diperdagangkan lagi seperti semula.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pemeparan materi ditas maka dapat disimpulkan bahwa dalam brinvestasi saham sangatlah menguntungkan, karena dengan invesasi yang sedikit dapat menjadi beberapa kali lipat. Namun sebelum melakukan investasi saham kita mesti cakap dalam konteks dunia saham.
B. SARAN
Sebagai penutup dalam pembahasan ini penulis menyarankan kepada para pembaca agar meperbanyak referensi mengenai saham karna tak dapat dinafikan sebagai mahasiswa manajemen kita memsti paham betul dengan ilmu yang seperti ini dan sebagai modal awal ntuk nantinya bisa bersaing di dunia kerja.
DAFTAR PUSTAKA
coki002.wordpress.com
emiten.net/index.php?pg=26&tp=1&pid=50
www.republika.co.id
www.main-saham.com/
www.pans.co.id
yuksharav.blogspot.com
www.sarjanaku.com
www.kajianpustaka.com
bisnisdaninvestasi.com
www.google.com
www.wikipedia.com
Langganan:
Postingan (Atom)